Topik : Menentukan tingkat likuiditas,
solvabilitas, dan rentabilitas suatu
perusahaan.
Tujuan : Bertujuan untuk menganalisis
laporan keuangan menggunakan rasio likuiditas guna mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Hipotesis : Tingkat likuiditas perusahaan
ditunjukkan dengan rasio lancar, rasio kas, rasio cair dan modal kerja yang
dibagi dengan total aktiva.
Judul : Analisa Laporan Keuangan.
BAB
I
PENDAHULUAN
Sebuah
perusahaan membutuhkan suatu laporan dari masing-masing manajemen pada setiap
akhir periode. Laporan yang disajikan tersebut merupakan suatu bentuk
pertanggungjawaban dari masing-masing manajemen kepada perusahaan dan juga
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Salah satu bentuk
pertanggung jawaban tersebut adalah penyajian laporan keuangan yang disajikan
oleh manajemen akuntansi. Soemarso (2004, p. 7) mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para
pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan
dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan
disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu yang mempunyai
kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Di sisi lain, Baridwan (2004, p. 17)
dalam bukunya menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu
proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan
yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Singkatnya, laporan keuangan
adalah hasil akhir dari proses kegiatan akuntansi. Transaksi-transaksi yang
terjadi, diidentifikasi, dicatat, dan digolongkan serta dilaporkan sedemikian
rupa dalam bentuk laporan keuangan.
Menurut PSAK No.1 (2012, p. 1-2),
laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti,
misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan
lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri
dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Berdasarkan
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan
hasil akhir dari proses akuntansi selama tahun buku yang bersangkutan yang
ditujukan kepada pihak pembuat keputusan. Laporan keuangan dibuat dengan maksud
sebagai alat komunikasi dan memberi gambaran mengenai posisi dan kondisi
keuangan serta kinerja perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Pihak-pihak
yang berkepentingan dengan perusahaan menggunakan laporan keuangan untuk
memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
mereka masing-masing.
BAB
II
ISI
2.1 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut
PSAK No.1 (2012, p. 3), laporan keuangan bertujuan untuk :
1.
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan.
2.
Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajbkan untuk menyediakan
informasi non-keuangan.
3.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggungjawaban menajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Sedangkan
menurut Kieso (2008, p.5) tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit, informasi yang
berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan informasi mengenai sumber daya
perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut. Dapat dijelaskan bahwa laporan
keuangan digunakan sebagai bahan penilaian dan pengambilan keputusan investasi
serta memberikan informasi tentang sumber daya perusahaan yang dimiliki
perusahaan.
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pelaporan keuangan
adalah untuk memberikan informasi yang tepat atas posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan yang dapat bermanfaat bagi beberapa pihak
seperti investor, kreditur, serta memberikan informasi keuangan dalam menilai
arus kas dimasa yang akan datang.
2.1.2 Komponen-Komponen
Laporan Keuangan
PSAK
No. 1 (2012, p. 6) menyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap yang disusun
oleh manajemen suatu perusahaan harus meliputi komponen-komponen berikut ini:
1. Neraca (laporan posisi
keuangan pada akhir periode)
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan
keuangan.
Walsh
(2004, p. 10-12) juga menuturkan bahwa dalam laporan keuangan terdapat tiga
dokumen yang memberikan kita data mentah untuk melakukan analisis. Ketiganya
yaitu :
1.
Neraca
2.
Laporan laba rugi
3.
Laporan arus kas
1.
Neraca
Menurut
PSAK No. 1 (2012, p. ) laporan posisi keuangan adalah suatu laporan yang
sistematis tentang aktiva (assets),
hutang (liabilities) dan modal
sendiri (owner’s equity).
Soemarso
(2004, p. 34) menjelaskan bahwa neraca merupakan laporan keuangan yang berisi
mengenai jumlah harta (assets),
kewajiban (liability), dan modal (owner’s equity) pada akhir periode akuntansi. Neraca dapat memberi
informasi tentang sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan sumber
pembelanjaan untuk memperolehnya. Laporan ini menyajikan posisi keuangan
perusahaan.
2.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Menurut
PSAK No.1 (2012, p. ) laporan laba rugi komprehensif merupakan suatu laporan
sistematis yang menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam
satu periode. Laporan laba rugi komprehensif perusahaan disajikan sedemikian
rupa yang menggambarkan berbagai unsure kinerja keuangan selama suatu periode
tertentu.
Kasmir
(2011, p. 29), mengungkapkan bahwa laporan laba rugi merupakan laporan keuangan
yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan
laba rugi ini merupakan ringkasan yang logis dari hasil penghasilan dan biaya
dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Laba bersih yang dihasilkan dari
perhitungan laporan laba rugi merupakan selisih total penerimaan atas total
pengeluaran. Jika total pengeluaran lebih besar dari total penerimaan, maka
perusahaan akan melaporkan sebagai rugi bersih yang dapat mengurangi modal
awal. Begitu juga sebaliknya, jika total penerimaan perusahaan lebih besar
daripada total pengeluaran, maka perusahaan akan melaporkannya sebagai laba
bersih yang dapat menambah modal awal perusahaan.
3.
Laporan Arus Kas
Menurut Baridwan
(2004, p. 40) laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan informasi yang
relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari kegiatan
investasi, pembelanjaan, dan kegiatan usaha pada suatu periode.
Arus kas dari
aktivitas operasi merupakan arus kas yang langsung berhubungan dengan laba,
seperti penerimaan kas dari pelanggan dan pembayaran gaji karyawan perusahaan.
Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi mencakup arus kas yang terkait
dengan akuisisi atau penjualan aset produktif perusahaan, seperti pembelian dan
penjualan aset tetap perusahaan. Arus kas pendanaan merupakan arus kas yang
berhubungan langsung dengan pendanaan perusahaan, seperti penerimaan dan
pembayaran utang kepada investor dan kreditor.
4.
Laporan Perubahan Ekuitas
Soemarso (2004,
p. 54). mengungkapkan bahwa laporan perubahan ekuitas adalah ikhtisar tentang perubahan modal suatu
perusahaan yang terjadi selama jangka waktu tertentu. Laporan perubahan modal
melaporkan bagaimana laba bersih dan dividen mempengaruhi posisi laporan
keuangan perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Laba bersih yang diperoleh
setiap tahun akan meningkatkan saldo laba ditahan, sedangkan pembagian dividen
kepada pemegang saham akan mengurangi saldo laba ditahan. Proses meningkat dan
mengurangnya saldo laba ditahan ini menunjukkan hubungan antara laporan laba
rugi dengan neraca, di mana saldo laba ditahan pada akhir periode akan dibawa
ke saldo awal laba ditahan pada tahun berikutnya.
5.
Catatan atas Laporan Keuangan
PSAK No.1 (2012,
p. 8) menjelaskan bahwa suatu catatan atas laporan keuangan adalah catatan yang
disajikan secara sistematis untuk menghasilkan informasi dasar penyusunan
laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan serta memberikan informasi yang relevan untuk memahami laporan
keuangan.
Menurut Kasmir
(2011, p. 31) laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang
memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan
tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang
perlu diberi penjelasan terlebih dahulu sehingga jelas. Hal ini dilakukan agar
pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah dalam menafsirkannya.
2.2 Analisis
Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Salah satu sumber
informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan
suatu keputusan ekonomi adalah melalui laporan keuangan. Laporan keuangan
menyajikan banyak informasi mengenai kinerja manajemen dan kesehatan
perusahaan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa laporan keuangan masih memiliki
banyak kekurangan dalam menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh beberapa
pihak, oleh karena itu dibutuhkanlah analisis atas laporan keuangan yang
digunakan untuk menganalisis dan menafsirkan laporan tersebut sehingga dapat
memberikan informasi yang berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perkembangan hasil kinerja perusahaan.
Jumingan (2011,
p. 42) menjelaskan bahwa analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang
hubungan dan kecenderungan atau tren utnuk mengetahui apakah keadaan keuangan,
hasil usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan.
Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan
dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui
arah perkembangannya. Kegiatan analisis laporan keuangan juga dilakukan dengan
tujuan agar dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai keadaan keuangan dan
hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai
bahan acuan dalam pengambilan keputusan.
Harahap (2008, p.
190) mendefinisikan bahwa laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang
bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain
baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis laporan keuangan dihitung dengan
cara membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara
individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan di antara pos tertentu, baik
dalam neraca maupun laporan laba rugi.
Dapat disimpulkan
bahwa rasio keuangan merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk
menganalisis laporan keuangan. Dengan menggunakan analisis laporan keuangan,
analis dapat mengetahui baik dan buruknya keadaan dan posisi keuangan suatu
perusahaan dari satu periode ke periode berikutnya. Di sisi lain, dengan
menggunakan analisis laporan keuangan, para manajer keuangan perusahaan dapat
memprediksikan cara-cara yang harus mereka tempuh agar perusahaan mendapatkan
tambahan dana dari para investor.
2.2.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Harahap (2008, p.
195) menjelaskan bahwa ada 10 tujuan dari analisis laporan keuangan, antara
lain :
1.
Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat
dari laporan keuangan biasa.
2.
Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan
atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit).
3.
Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4.
Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan
suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan
maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5.
Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan
teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi, peningkatan
(rating).
6.
Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
Dengan perkataan lain apa yang dimaksud dari suatu laporan keuangan merupakan
tujuan analisis laporan keuangan juga.
7.
Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yuang sudah
dikenal dalam dunia bisnis.
8.
Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode
sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9.
Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik
posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
10. Bisa
juga memprediksikan potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang
akan datang.
Pendapat lain
juga dikemukakan oleh Kasmir, (2011, p. 68) bahwa tujuan analisis laporan
keuangan antara lain adalah :
1.
Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik
aset, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
periode tertentu,
2.
Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan,
3.
Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke
depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini,
4.
Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran
atau tidak,
5.
Untuk digunakan sebagai pembanding dengaan perusahaan sejenis tentang hasil
yang mereka capai,
Dari poin-poin di
atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari analisis laporan keuangan adalah
dapat mengetahui adanya kekuatan atau kelemahan keuangan dari tahun-tahun
sebelumnya, dengan cara membandingkan angka rasio laporan keuangan dengan
standar yang ditetapkan. Melalui cara tersebut pihak manajemen dapat menilai
apakah kinerja perusahaan mengalami penigkatan atau mengalami penurunan pada
tahun tersebut, sehingga pihak manajemen dapat mengambil tindakan untuk
menanggapi kenaikan dan penurunan tersebut. Apabila perusahaan berada dibawah
standar, maka pihak manajemen akan mencari faktor-faktor yang menyebabkan
penurunan tersebut untuk pengambilan kebijakan guna menaikkan kembali angka
rasio perusahaannya.
2.2.3
Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan
Hanafi
(2009, p. 78) mengutarakan bahwa meskipun analisis laporan keuangan sangat
bermanfaat, tetapi ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan, antara
lain:
1.
Data yang mencatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarkan pada harga
perolehan.
2.
Upaya perbaikan barangkali bisa dilakukan oleh pihak manajemen untuk
memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan tampak bagus.
3.
Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak perusahaan yang
bergerak pada beberapa bidang usaha (industri), yang mengakibatkan analis susah
dalam memilih pembanding perusahaan dikarenakan perusahaan tersebut bergerak
pada beberapa industri.
4.
Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan terutama yang berkaitan
dengan rekening-rekening jangka panjang seperti investasi jangka panjang.
5.
Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri. Ada
beberapa perusahaan yang tidak bagus yang dipakai dalam perhitungan rata-rata
industri. Perusahaan yang ingin sukses biasanya harus berada di atas rata-rata
rasio industri, bukannya sama dengan rata-rata industri. Begitu juga
sebaliknya, angka yang lebih rendah dibandingkan rata-rata industri juga tidak
selalu berarti jelek. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum menentukan
baik buruknya suatu angka.
Di sisi lain
Harahap (2008, p. 192) mengemukakan
terdapat beberapa kelemahan analisis laporan keuangan, antara lain :
1.
Analisa laporan keuangan bergantung pada laporan keuangan, oleh karena itu
kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis
itu tidak salah.
2.
Objek analisa laporan keuangan hanya laporan keuangan. Angka-angka di dalam
laporan keuangan tidak cukup untuk menilai suatu laporan keuangan tetapi harus
melihat juga aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi
industri, gaya manajemen, budaya manajemen dan budaya masyarakat.
3.
Objek analisis data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini
berbeda dengan kondisi masa depan.
4.
Terdapat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka
jika dilakukan perbandingan dengan perusahaan lain misalnya :
a)
Prinsip Akuntansi,
b)
Ukuran Perusahaan,
c)
Jenis Industri,
d)
Periode Laporan,
e)
Laporan Individual atau Laporan Konsolidasi,
f)
Jenis perusahaan spek profit motive atau
non profit motive.
2.3
Analisis Rasio Keuangan
Menurut
Jumingan (2011, p. 118) analisis rasio keuangan yaitu :
“Angka yang menunjukkan hubungan
antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara
unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang
sederhana. Secara individual rasio itu kecil artinya kecuali jika dibandingkan
dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Apabila tidak
ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio-rasio
suatu perusahaan, penganalis tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu
menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan”
Dalam
bukunya Harahap (2008, p.297) juga menjelaskan bahwa angka yang didapatkan
dalam analisis rasio keuangan adalah hasil dari satu laporan keuangan dengan
pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio
keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara
pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan tersebut dapat ternilai
secara cepat.
Dapat
disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu perhitungan yang dilakukan
untuk membantu dan menginformasikan suatu laporan keuangan yang disajikan dalam
bentuk matematis yang sederhana. Dalam artian, informasi berupa persentase dan
tingkatan angka yang sederhana tersebut menggambarkan hubungan satu akun dengan
akun lainnya yang terdapat dalam suatu laporan keuangan pada periode tertentu.
2.3.1 Tujuan Analisis Rasio Keuangan
Wild (2005, p.
36) mengemukakan bahwa terdapat beberapa keunggulan dalam analisis laporan
keuangan, antara lain :
1.
Melalui perhitungan rasio keuangan diharapkan agar informasi yang terkandung di
dalam laporan keuangan lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2.
Lebih memudahkan untuk mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
3.
Sebagai bahan dalam pengambilan keputusan dan model prediksi.
4.
Mengukur standar perusahaan.
5.
Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain, atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodik.
6.
Lebih memudahkan perusahaan dalam melakukan prediksi di masa yang akan datang.
2.3.2 Keunggulan
Analisis Rasio Keuangan
Harahap
(2008, p. 298) berpendapat bahwa rasio keuangan mempunyai beberapa keunggulan,
antara lain :
1.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan
2.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit
3.
Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain
4.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam model-model pengambilan keputusan
5.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodik
6.
Lebih mudah melihat trend serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
2.3.3 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Harahap
(2013, p.298) mengungkapkan bahwwa selain memiliki beberapa keunggulan,
analisis rasio keuangan juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1.
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan
pemakainya,
2.
Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik seperti ini seperti,
a.
Bahan pelindung rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjective,
b.
Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar,
c.
Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio,
d.
Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan
berbeda oleh perusahaan yang berbeda,
3.
Jika tidak menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio,
4.
Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron,
5.
Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai
tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan
kesalahan.
2.3.4
Rasio – Rasio Keuangan
1)
Rasio Modal Kerja (Rasio Likuiditas)
Libby (2008, p.
714) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan rasio likuiditas adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo pada
periode ini. Rasio likuiditas berfokus pada hubungan antara aset lancar dan
kewajiban lancar. Kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar
merupakan faktor yang penting dalam mengevaluasi kekuatan keuangan perusahaan.
Perusahaan yang tidak memiliki aset kas untuk membayar pembelian tepat waktu
akan kehilangan beberapa peluang untuk memanfaatkan potongan tunai dan akan
menghadapi risiko kreditur menghentikan pemberian kredit.
“Suatu perusahaan
dikatakan mempunyai posisi keuangan jangka pendek yang kuat apabila: (1) mampu
memenuhi tagihan dari kreditur jangka pendek tepat pada waktunya, (2) mampu
memelihara modal kerja yang cukup untuk membelanjai operasi perusahaan yang
normal, (3) mampu membayar bunga utang jangka pendek dan dividen, dan (4) mampu
memelihara kredit rating yang menguntungkan” Jumingan (2011, p. 123). Rasio
likuiditas yang digunakan dalam menganalisis keuangan perusahaan asuransi,
antara lain current ratio (rasio
lancar), dan cash ratio (rasio kas).
Sedangkan Harahap (2008, p. 301) menuturkan
bahwa rasio likuiditas dapat menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. rasio-rasio ini dapat dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan
utang lancar.
2.3.5
Pengertian Statemen Keuangan
Statemen keuangan perusahaan
adalah statemen yg memberikan ikhtisar mengenai keadaan keuangan
perusahaan, dimana Neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, hutang dan
modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan Statemen Rugi-Laba (income
statements) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu
biasanya satu tahun.
2.3.6
Analisis Statement Keuangan
Konsep
analisis keuangan, bahwa hubungan – hubungan kuantitatif dapat digunakan untuk
mendiagnosa kekuatan dan kelemahan dalam kinerja suatu perusahaan.
2.3.7
Manfaat analisis Rasio Keuangan
Membantu
penganalisis untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan yg
bersangkutan.
Untuk
mengambil manfaat rasio keuangan kita memerlukan standar untuk perbandingan.
Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola
industri atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan beroperasi.
2.3.8
Macam-macam Rasio Keuangan
Beberapa tinjauan terhadap hubungan
kuantitatif rasio keuangan:
Dilihat dari sumbernya rasio dibagi menjadi 3:
1. Rasio-Rasio Neraca
·
Adalah rasio-rasio yg disusun dari data yg berasal dari neraca misalnya; current ratio, Acid test-ratio, , current
assets to total assets ratio, current lialibilities to total assets ratio dan
lain sebagainya.
2. Rasio Statemen
Rugi-Laba
· Rasio-rasio
yang disusun berdasarkan income statements, misalnya gross profit margin, net
operating margin, operating ratio, dan lain sebagainya.
3. Rasio-Rasio Antar
Statemen Keuangan
·
Adalah rasio keuangan yang disusun berdasarkan Neraca dan data lainnya yg
berasal dari income statement, misalnya assets turnover, inventory turnover,
receivables turnover dan sebagainya.
Neraca
PT
ABC
PER
31 DESEMBER 2001
(
dalam ribuan rupiah )
Aktiva Lancar
|
Hutang lancar
|
||
Kas
|
200.000
|
Hutang dagang
|
300.000
|
Efek
|
200.000
|
Hutang wesel
|
100.000
|
Piutang
|
160.000
|
Hutang Pajak
|
160.000
|
Persediaan
|
840.000
|
||
Jumlah A.L.
|
1.400.000
|
Jumlah H.L.
|
560.000
|
Aktiva Tetap
|
Hutang jk. Panjang
|
||
Mesin
|
700.000
|
Obligasi
|
600.000
|
Akum. Penyusutan
|
100.000
|
||
600.000
|
Modal sendiri
|
||
Bangunan
|
1.000.000
|
Modal saham
|
1.200.000
|
Akum. Penyusutan
|
200.000
|
Agio saham
|
200.000
|
800.000
|
1.400.000
|
||
Tanah
|
100.000
|
Laba ditahan
|
440.000
|
Intangibles
|
100.000
|
||
Jumlah A.T.
|
1.600.000
|
Juml. Modal sendiri
|
1.840.000
|
Jumlah Aktiva
|
3.000.000
|
Jumlah pasiva
|
3.000.000
|
Statemen
Laba – Rugi
PT
ABC
Periode
31 Desember 2001
(
dalam ribuan rupiah )
Penjualan
|
4.000.000
|
Harga pokok penjualan
|
3.000.000
|
Laba kotor
|
1.000.000
|
Biaya-biaya
|
570.000
|
Keuntungan sebelum bunga &
pajak
|
430.000
|
Bi. Bunga obligasi ( 5 % x Rp
600.000 )
|
30.000
|
Keuntungan sebelum pajak
|
400.000
|
Pajak penghasilan
|
160.000
|
Keuntungan bersih setelah pajak
|
240.000
|
PERHITUNGAN
RASIO-RASIO KEUANGAN
RASIO KEUANGAN
|
METODE
PERHITUNGAN
|
INTERPRETASI
|
I. RASIO
LIKUIDITAS
A.
Current Ratio
|
Aktiva
Lancar
Hutang Lancar
1.400.000
560.000
=
2,5 : 1 = 250%
|
Kemampuan
untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Setiap
hutang Lancar Rp 1,00 dijamin oleh oleh aktiva lancar Rp 2,50
|
B.
Cash Ratio
|
Kas + Efek = 400.000
=
HL 560.000
=
0,71 atau 71%
|
Kemampuan
membayar utang dengan segara yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan
dan efek yang segera dapat diuangkan.
Setiap
hutang Lancar Rp1,00 dijamin oleh
kas dan efek Rp 0,71
|
C.
Quick ratio (Acid Test
ratio)
|
Kas
+Efek + Hutang
Hutang Lancar
200.000
+ 20.000 + 160.000
560.000
= 1 : 1 atau 100%
|
Kemampuan
untuk membayar utang yg segera hrs
dipenuhi dengan aktiva lancar yg lebih likuid.
Setiap
utang lancar Rp 1,00 dijamin dengan
quick assets 1,00
|
D. Working
Capital to
Total
Assets Ratio
|
Aktiva
Lancar – Ht Lancar
Jumlah Aktiva
1.400.000
– 560.000
3.000.000
=
0, 28 : 1 atau 28 %
|
Likuiditas
dari n total aktiva dan posisi modal
kerja neto.
Setiap
Rp 1, 00 assets perusahaan Rp 0,28
terdiri dari modal kerja (aktiva
lancar)
|
II. RATIO
LEVERAGE
A.
Total Debt to Equity Ratio
|
H Lancar + H JK
Panjang
Jml Modal
Sendiri
560.000
+ 600.000
1840.000
=
0,63 : 1 atau 63 %
|
Bagian
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang.
63%
dari setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan utang.
|
B.
Total debt to total
capital Assets
|
Utg
Lancar + Utg JK PJ
Jumlah Modal/Aktiva
560.000
+ 600.000
3.000.000
=
0,39 : 1 atau 39%
|
Beberapa
bagiam dari keseluruhan dana yang
dibelanjai dengan utang. Atau
Berapa
bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang.
39
% dari setiap aktiva digunakan untuk menjamin utang.
|
C.
Long Term Debt To
Equity ratio
|
Hutag
JK Panjang
Modal Sendiri
600.000
1.840.000
=
0,33 : 1 = 33%
|
Bagian
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jk panjang.
33
% dari setiap rupiah modal sendiri
Digunakan
untuk menjamin hutang jangka panjang.
|
D.
Tangible Assets
Debt Coverage
|
Jml
Aktiva - Intangibles HL
Hutang
Jk Pjg
3.000.000
– 100.000 – 560.000
600.0000
2.
340.000
600.000
= 3,9 :1 atau 390%
|
Besarnya
aktiva tetap tangible yang digunakan
untuk menjamin hutang jangka panjang setiap rupiahnya
Setiap
rupiah Hutang JKPJ dijamin oleh aktiva tangible sebesare RP 390
|
E.
Times Interest Earned Ratio
|
EBIT
Bunga HTG JK panjang
430.000
30.000
= 14,3 X
|
Besarnya
jaminan keuntungan yang digunakan untuk membayar bunga Hutang JK PJG
|
III. RASIO
AKTIVITAS
A.
Total Assts Turn Over
|
Penjualan
Neto
Jumlah
Aktiva
400.000
300.000
= 1,33
|
Kemampuan
dana yang tertanam dlm keseluruhan aktivaberputar dalam satu periode
tertentu, Atau kemampuan dana yang diinvestasi- kan untuk menghasilkan revenue.
Dana
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva
rata-rata dlm 1 thn berputar
1,33X. Atau setiap 1 Rupiah setiap thn dpt meng- hasilkan Rp1,33
|
B.
Receivable Torn Over
|
Penjualan
Kredit
Piutang
Rata-rata
4.000.000
160.000
=
25 X
|
Kemampuan
dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu.
Dalam
satu tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar selama 25X
|
C. Average Collection Period
|
Piutang
rata-rata X 360
Penjualan
Kredit
160.000
X 360
4.000.000
=
14,4 hari
|
Periode rata-rata yang dibutuhkan
dalam pengumpulan piutang
Piutang rata-rata dikumpulkan
setiap 15 hari sekali.
|
D.
Inventory Turn Over
|
Harga
Pokok Penjualan
Inventory
Rata-Rata
3.000.000
840.000
=
3,6 X
|
Kemampuan
dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam satu periode tertentu.
Dana
yang tertanam dalam inventory berputar
rata-rata 3,6 X dalam satu tahun.
|
E.
Average Day’s Inventory
|
Inventory
rata-rata X 360
Harga
Pokok Penjualan
840.000
X 360
3.000.000
=
10 hari
|
Periode
rata-rata persediaan berada di gudang .
Inventory
berada di gudang rata-rata selama 10 hari.
|
F.
Working Capital Turn over
|
Penjualan
Netto
Aktiva
lancar – H Lancar
4.000.000
1.400.000
– 560.000
=
4,76 X atau 4,8 X
|
Kemampuan
modal keja perusahaan berputar dalam satu periode siklus kas perusahaan
Dana
yang tertanam dalam modal kerja
berputar rata-rata 4,8 X dalam satu tahun.
|
III. RASIO KEUNTUNGAN
A.
Gross Profit Margin
|
Penjualan
Neto – HPP
Penjualan Neto
4.000.000
– 3.000.000
4.000.000
=
25%
|
Laba
Bruto per rupiah penjualan
Setiap
Penjualan menghasilkan laba bruto Rp 0,25.
|
B. Operating Income
Ratio ( Operating
Profit Margin)
|
Penj
Neto – HPP – Biaya ADM dan Umum
----------------------------------------
Penjualan Netto
4.000.000
– 3.000.000 –570.000
4.000.000
=
10, 75%
|
Laba
sebelum Bunga dan Pajak (net operating
income) oleh setiap rupiah penjualan
Setiap
rupiah penjualan menghasilkan laba operasi Rp 0,11.
|
C.
Operating Ratio
|
HPP
+ Biaya ADM + Biaya Penj + Biaya Umum
---------------------------------------
Penjualan Neto
3.000.000
+ 570.000
4.000.000
=
89,25 %
|
Biaya
operasi per rupiah penjualan .
Setiap
rupiah penjualan memerlukan biaya Rp 0,89
Makin besar rasio makin buruk
|
D.
Net Profit Margin
|
Keuntungan
Neto sesudah Pajak
Penjualan Neto
240.000
4.000.000
=
6 %
|
Keuntungan
neto per rupiah penjualan
Setiap
rupiah penjualan menghsilkan keuntungan neto sebesar Rp 0,06
|
E.
Earning Power of
Total
Investmen rate of return of total
assets)
|
EBIT
JML
AKTIVA
430.000
3.000.000
=
14,3 %
|
Kemampuan
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
Aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua
investor.
Setiap
satu rupiah modal yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan Rp 0,14 untuk semua investor.
|
F.
Net Earning Power ratio / Return On
Investment
(ROI)
|
Earning
After Tax
Jumlah
Aktiva
240.000
3.000.000
=
8%
|
Kemampuan
modal yg diinvestasikan
Dlm
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.
|
G.
Rate of Return for
the Owners
(Rate of Return on
Net Worth)
|
Earning
After Tax
ML
Modas Sendiri
240.000
1.840.
000
=
13 %
|
Kemampuan
modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan
biasa.
Setiap
rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan neto Rp 0,13 yg tersedia bagi
pemegang saham preferen dan biasa
|
Pendekatan
Lain dalam Analisis Laporan Keuangan
Langkah
pertama : Pengelompokkan Pengukuran dalam 3 aspek
1.
Ukuran kinerja
2.
Ukuran Efisiensi Operasi
3.
Ukuran Kebijakan Keuangan
- Ukuran kinerja dianalisis dalam tiga kelompok:
- ratio profitabilitas
- ratio pertumbuhan
- ratio Penilaian
RATIO
KEUANGAN
|
METODE PERHITUNGAN
|
INTEPRETASI
|
RATIO
PROFITABILITAS
1. Kinerja laba
operasi
Laba Operasi Bersih (NOI) / Penjualan
|
Laba
Operasi Bersih
Penjualan
$
700,8
$
4.620,0
=
15,2 %
|
Kemampuan
penjualan untuk menghasilkan laba bersih.
Setiap
satu dollar penjualan mampu menghasilkan laba operasi bersih $ 0.13
|
2. Hasil
pengembalian atas total aktiva (ROI)
Laba operasi terhadap total aktiva
|
Laba
Operasi Bersih
Aktiva
$
700,8
$
3.390,4
= 20%
|
Kemampuan
penggunaan aktiva untuk menghasilkan
laba operasi bersih.
Setiap
satu dollar aktiva mampu
menghasilkan laba operasi bersih
$ 0.20
|
3. Laba Operasi
Bersih
terhadap Total Modal
|
Laba
Operasi Bersih
Total Modal
(Total Modal / Hutang berbeban bunga atas total
modal bunga + ekuitas pemegang saham)
$
700,8
$
2.484,0
=
28,2%
|
Kemampuan
penggunaan modal untuk menghasilkan
laba operasi bersih.
Setiap
satu dollar modal mampu
menghasilkan laba operasi bersih
$ 0.28
|
4 Laba bersih
terhadap penjualan / Marjin laba atas penjualan
|
Laba
Bersih
Penjualan
$ 470,2
$ 4.620,0
=
10,2%
|
Kemampuan
penjualan dalam menghasilkan
laba bersih.
Setiap
satu dollar penjualan mampu menghasilkan laba bersih
$ 0.28
|
5. Hasil
pengembalian atas equitas / Return on Equity hasil pengembalian atas equitas
|
Laba
Bersih
Equitas
pemegang saham
$
470,2
$
1.634,4
=
28,8 %
|
Mengukur
pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan.
Setiap
satu dollar Equitas mampu menghasilkan laba bersih $ 0,288
|
6.
Tingkat profitabilitas
marjinal
|
Perubahan
NOI
Perubahan
total modal
$
237,6
$
1292,1
=
18,4 %
|
Mengukur
perubahan margin profitabilitas dari beberapa periode.
Margin
profitabilitas dari periode (lima tahun terakhir) 18,4%
|
7. Hasil pengembalian
Marginal atas Equitas / Marginal return
to equity)
|
Perubahan
NI
Perubahan equitas
$
219,7
$
1147,2
=
15,3 %
|
Marginal
return to equity 15,3%
|
RATIO
PERTUMBUHAN
|
Pertumbuhan
penjualan, Laba Operasi bersih, Laba bersih, Laba per saham dan dividen per
saham
|
|
RATIO PENILAIAN
1.
Rasio harga/laba
Harga pasar per
saham terhadap laba per saham (price /earning ratio atau P/E ratio
|
Harga
pasar per saham
Laba
per saham
$
69.69
$
3,85
=
15,9 %
|
Semakin
tinggi risiko tinggi faktor diskonto dan semakin rendah rasio P/E, semakin tinggi
P/E, maka semakin bagus sebuah perusahaan.
|
2.
Rasio Harga Pasar terhadap nilai Buku
(market –to – book – value)
|
Harga
pasar per saham
Nilai
buku ekuitas
$
69.69
$
13,41
=
5,2 %
|
Mengukur
nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi
perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.
|
- Ukuran Efisiensi Operasi
Mengukur rasio aktivitas atau rasio perputaran
adalah mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan investasi dan sumber
daya ekonomis yang dimilikinya.
RATIO
KEUANGAN
|
METODE PERHITUNGAN
|
INTEPRETASI
|
1.
Perputaran Persediaan
|
Harga
Pokok Penjualan
Persediaan
$
700,8
$
4.620,0
=
15,2 %
|
Sama
dengan di atas (aspek yang lain)
|
- Ukuran Kebijakan Keuangan
Mengukur sampai seberapa jauh total aktiva
dibiayai oleh pemilik, jika dibandingkan dengan pembiayaan yang disediakan oleh
para kreditur.
RATIO
KEUANGAN
|
METODE PERHITUNGAN
|
INTEPRETASI
|
A. Faktor
leverage
|
Total
Aktiva
Ekuitas
$
3.390
=
2,0
|
Menegukur
sampai seberapa jauh investasi ekuitas pemegang saham diperbesar oleh penggunaan
penggunaan hutang dalam membiaya total aktiva.
|
Rasio
likuiditas
|
S
DA
|
Berikut
adalah contoh Analisa Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas Laporan
Keuangan “PT. GUDANG GARAM Tbk.”
1. LIKUIDITAS
PERUSAHAAN
a.
Current Ratio
Current Ratio = (Aktiva
Lancar/Kewajiban Lancar) x 100%
Tahun 2008
Current Ratio =
(17.955.845/9.437.259) x 100% = 1,9%
Tahun 2007
Current Ratio = (Rp. 15.027.032/) x
100% = 1,95%
b.
Quick Ratio/Acid Test Ratio
Quick Ratio = ((Aktiva Lancar –
Persediaan)/Kewajiban Lancar)) x 100%
Tahun 2008
Quick Ratio = ((Rp.17.955.845-Rp.14.016.039)/
Rp.9.437.259)) x 100% = 0,41%
Tahun 2007
Quick Ratio = ((Rp.15.027.032-Rp.
11.877.086)/ Rp.7.697.918)) x 100% = 0,40%
c.
Cash Ratio
Cash Ratio = (Kas/Kewajiban Lancar)
x 100%
Tahun 2008
Cash Ratio = (Rp. 411.689/
Rp.9.437.259) x 100% = 0,043%
Tahun 2007
Cash Ratio = (Rp. 289.152/ Rp.
7.697.918) x 100% = 0,037%
2.
PERPUTARAN PIUTANG
Cara perhitungan perputaran piutang
dapat dilakukan dengan rumus :
Perputaran Piutang = (Penjualan Kredit/Utang
Usaha) x 100%
Tahun 2008
Perputaran Piutang = (Rp.15.056.347/
Rp.200.266) x 100% = 75,1%
Tahun 2007
Perputaran Piutang = (Rp.13.419.733/
Rp. 128.837) x 100% = 104,1%
3.
SOLVABILITAS PERUSAHAAN
Tingkat
solvabilitas diukur dengan beberapa rasio, yaitu
:
a.
Total Debt to Equity Ratio
Total Debt Equty Ratio = (Total
Utang/Ekuitas) x 100%
Tahun 2008
Perputaran Piutang = (Rp.10.359.076/
Rp.14.530.132) x 100% = 0,71%
Tahun 2007
Perputaran Piutang = (Rp.8.474.564/ Rp.13.386.776)
x 100% = 0,63%
b.
Total Debt to Asset Ratio
Total Debt to Asset Ratio = (Total
Utang/Total Aktiva) x 100%
Tahun 2008
Total Debt to Asset Ratio = (Rp.10.359.076/
Rp.20.904.022) x 100% = 0,49%
Tahun 2007
Total Debt to Asset Ratio =
(Rp.8.474.564/ Rp.21.878.013) x 100% = 0,38%
4.
RENTABILITAS PERUSAHAAN
Adapun cara penilaian
Rentabilitas adalah :
a. Gross Provit Margin (Margin
Laba Kotor)
Rumus :
GPM = (Laba Kotor/Penjualan Bersih)
x 100%
Tahun 2008
GPM = (Rp.2.427.250/ Rp.15.056.347)
x 100% = 0,16%
Tahun 2007
GPM = (Rp.2.485.648/ Rp.13.419.733)
x 100% = 0,18%
b. Net
Profit Margin (Margin Laba Besih)
Rumus :
NPM = (Laba Setelah Pajak/Total
Aktiva) x 100%
Tahun 2008
NPM = (Rp.891.358/ Rp.24.904.022) x
100% = 0,035%
Tahun 2007
NPM = (Rp.710.565/ Rp.21.878.013) x
100% = 0,032%
c.
Earning Power of Total Investment
Rumus :
EPTI = (Laba Sebelum Pajak/Ekuitas)
x 100%
Tahun 2008
EPTI = (Rp.1.313.392/ Rp.14.530.132)
x 100% = 0,09%
Tahun 2007
EPTI = (Rp.1.084.495/ Rp.13.386.776)
x 100% = 0,08%
d.
Return On Equity (Pengembalian Atas Equitas)
Rumus :
ROE = (Laba Setelah Pajak/Ekuitas) x
100%
Tahun 2008
ROE = (Rp. 891.358/Rp. 14.530.132) x
100% = 0,61%
Tahun 2007
ROE = (Rp.710.565/ Rp.13.386.776) x
100% = 0,3%
BAB III
KESIMPULAN
Likuiditas
adalah masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansialnya yang segera harus dipenuhi. Masalah likuiditas dapat
dihitung dengan dua cara, yaitu dengan cara perhitungan menggunakan rasio
(quick ratio, current ratio, dan cash ratio) dan dengan menghitung periode
penagihan rata- rata (average collection period). Untuk laporan keuangan diatas
digunakan pendekatan yang pertama yaitu dengan perhitung rasio (Current Ratio,
Quick Ratio, dan Cash Ratio)
·
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah
dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang
bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat
mengurangi kemampuan laba perusahaan. Pada laporan keuangan diatas terjadi
penurunan current ratio dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 0,05%.
·
Semakin besar quick ratio maka semakin baik pula perusahaan pula kondisi
perusahaan. Namun apabila quick ratio memiliki perbandingan 1:1 atau 100%
perusahaan tersebut dianggap kurang baik. Dalam laporan keuangan ini dapat
diketahui adanya sedikit peningkatan quck ratio dari 0,40% menjadi 0,41%. Yang
berarti perusahaan masih dalam keadaan stabil.
·
Rasio ini menunjukan kemampuan kas untuk menutupi hutang lancar. PT. GUDANG
GARAM Tbk. mengalami peningkatan dalam menutupi hutang lancar. Hal ini dapat
dilihat dari meningkatnya presentasi cash ratio, yaitu dari 0,037% menjadi
0,043%.
Rasio
perputaran piutang memberikan analisa mengenai beberapa kali tiap tahunnya dana
yang tertanam dalam piutang berputar dari bentuk piutang kebentuk uang tunai,
kemudian kembali kebentuk piutang lagi.
Makin
tinggi rasio ( turnover ) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang
rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam
piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit
dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan
pemberian kredit.
Solvabilitas
Perusahaan berguna untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Suatu perusahaan
dikatakan Solvabel jika perusahaan itu mempunyai aktiva yang cukup untuk
membayar semua hutang-hutangnya , baik yang jangka panjang maupun jangka
pendek. Jika perusahaan tidak mempunyai cukup aktiva untuk membayar segala
hutangnya, maka perusahaan tersebut dikatakan insolvabel.
Dalam hubungan antara
likuiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan
yang dapat dialami oleh perusahaan yaitu :
a. Perusahaan yang likuid
tetapi insolvable
b. Perusahaan yang
likuid dan solvable
c. Perusahaan yang solvabel
tetapi ilikuid
d. Perusahaan yang
insolvabel dan ilikuid
Rentabilitas
suatu perusahaan menunjukkan perbandingan anatara laba dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut. Perhitungan rentabilitas berbeda-beda untuk
setiap perusahaan. Hal ini terjadi karena perbedaan antara aktiva dan laba yang
mana yang akan dibandingkan dengan yang lain.
DAFTAR PUSAKA
Riyanto, Bambang Prof. Dr.. Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. 2010. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
http://dewiasmaranii.blogspot.co.id/2014/12/analisis-laporan-keuangan.html