Minggu, 02 April 2017

Contoh Pengerjaan Analisis Laporan Keuangan

Topik                   : Menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas suatu perusahaan.
Tujuan             : Bertujuan untuk menganalisis laporan keuangan menggunakan rasio likuiditas    guna mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Hipotesis            : Tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio lancar, rasio kas, rasio cair dan modal kerja yang dibagi dengan total aktiva.
Judul                    : Analisa Laporan Keuangan.



BAB I
PENDAHULUAN
           Sebuah perusahaan membutuhkan suatu laporan dari masing-masing manajemen pada setiap akhir periode. Laporan yang disajikan tersebut merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban dari masing-masing manajemen kepada perusahaan dan juga kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Salah satu bentuk pertanggung jawaban tersebut adalah penyajian laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen akuntansi. Soemarso (2004, p. 7) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu yang mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
          Di sisi lain, Baridwan (2004, p. 17) dalam bukunya menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Singkatnya, laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses kegiatan akuntansi. Transaksi-transaksi yang terjadi, diidentifikasi, dicatat, dan digolongkan serta dilaporkan sedemikian rupa dalam bentuk laporan keuangan.
          Menurut PSAK No.1 (2012, p. 1-2), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
            Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi selama tahun buku yang bersangkutan yang ditujukan kepada pihak pembuat keputusan. Laporan keuangan dibuat dengan maksud sebagai alat komunikasi dan memberi gambaran mengenai posisi dan kondisi keuangan serta kinerja perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.



BAB II
ISI

2.1 Tujuan Laporan Keuangan

          Menurut PSAK No.1 (2012, p. 3), laporan keuangan bertujuan untuk :
1.  Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
2.  Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajbkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.
3.  Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban menajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Sedangkan menurut Kieso (2008, p.5) tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit, informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut. Dapat dijelaskan bahwa laporan keuangan digunakan sebagai bahan penilaian dan pengambilan keputusan investasi serta memberikan informasi tentang sumber daya perusahaan yang dimiliki perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang tepat atas posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang dapat bermanfaat bagi beberapa pihak seperti investor, kreditur, serta memberikan informasi keuangan dalam menilai arus kas dimasa yang akan datang.

2.1.2  Komponen-Komponen Laporan Keuangan

          PSAK No. 1 (2012, p. 6) menyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap yang disusun oleh manajemen suatu perusahaan harus meliputi komponen-komponen berikut ini:
1.    Neraca (laporan posisi keuangan pada akhir periode)
2.    Laporan laba rugi
3.    Laporan perubahan ekuitas
4.    Laporan arus kas
5.    Catatan atas laporan keuangan.
Walsh (2004, p. 10-12) juga menuturkan bahwa dalam laporan keuangan terdapat tiga dokumen yang memberikan kita data mentah untuk melakukan analisis. Ketiganya yaitu :
1.    Neraca
2.    Laporan laba rugi 
3.    Laporan arus kas

1.    Neraca
Menurut PSAK No. 1 (2012, p. ) laporan posisi keuangan adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), hutang (liabilities) dan modal sendiri (owner’s equity).
Soemarso (2004, p. 34) menjelaskan bahwa neraca merupakan laporan keuangan yang berisi mengenai jumlah harta (assets), kewajiban (liability), dan modal (owners equity) pada akhir periode akuntansi. Neraca dapat memberi informasi tentang sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan sumber pembelanjaan untuk memperolehnya. Laporan ini menyajikan posisi keuangan perusahaan. 
2.    Laporan Laba Rugi Komprehensif
Menurut PSAK No.1 (2012, p. ) laporan laba rugi komprehensif merupakan suatu laporan sistematis yang menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode. Laporan laba rugi komprehensif perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan berbagai unsure kinerja keuangan selama suatu periode tertentu.
Kasmir (2011, p. 29), mengungkapkan bahwa laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi ini merupakan ringkasan yang logis dari hasil penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Laba bersih yang dihasilkan dari perhitungan laporan laba rugi merupakan selisih total penerimaan atas total pengeluaran. Jika total pengeluaran lebih besar dari total penerimaan, maka perusahaan akan melaporkan sebagai rugi bersih yang dapat mengurangi modal awal. Begitu juga sebaliknya, jika total penerimaan perusahaan lebih besar daripada total pengeluaran, maka perusahaan akan melaporkannya sebagai laba bersih yang dapat menambah modal awal perusahaan.

3.    Laporan Arus Kas
Menurut Baridwan (2004, p. 40) laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari kegiatan investasi, pembelanjaan, dan kegiatan usaha pada suatu periode.
Arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas yang langsung berhubungan dengan laba, seperti penerimaan kas dari pelanggan dan pembayaran gaji karyawan perusahaan. Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi mencakup arus kas yang terkait dengan akuisisi atau penjualan aset produktif perusahaan, seperti pembelian dan penjualan aset tetap perusahaan. Arus kas pendanaan merupakan arus kas yang berhubungan langsung dengan pendanaan perusahaan, seperti penerimaan dan pembayaran utang kepada investor dan kreditor.

4.    Laporan Perubahan Ekuitas
Soemarso (2004, p. 54). mengungkapkan bahwa laporan perubahan ekuitas  adalah ikhtisar tentang perubahan modal suatu perusahaan yang terjadi selama jangka waktu tertentu. Laporan perubahan modal melaporkan bagaimana laba bersih dan dividen mempengaruhi posisi laporan keuangan perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Laba bersih yang diperoleh setiap tahun akan meningkatkan saldo laba ditahan, sedangkan pembagian dividen kepada pemegang saham akan mengurangi saldo laba ditahan. Proses meningkat dan mengurangnya saldo laba ditahan ini menunjukkan hubungan antara laporan laba rugi dengan neraca, di mana saldo laba ditahan pada akhir periode akan dibawa ke saldo awal laba ditahan pada tahun berikutnya.

5.    Catatan atas Laporan Keuangan
PSAK No.1 (2012, p. 8) menjelaskan bahwa suatu catatan atas laporan keuangan adalah catatan yang disajikan secara sistematis untuk menghasilkan informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan serta memberikan informasi yang relevan untuk memahami laporan keuangan.
Menurut Kasmir (2011, p. 31) laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu sehingga jelas. Hal ini dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah dalam menafsirkannya.

2.2     Analisis Laporan Keuangan

2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Salah satu sumber informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan suatu keputusan ekonomi adalah melalui laporan keuangan. Laporan keuangan menyajikan banyak informasi mengenai kinerja manajemen dan kesehatan perusahaan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa laporan keuangan masih memiliki banyak kekurangan dalam menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh beberapa pihak, oleh karena itu dibutuhkanlah analisis atas laporan keuangan yang digunakan untuk menganalisis dan menafsirkan laporan tersebut sehingga dapat memberikan informasi yang berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perkembangan hasil kinerja perusahaan.
Jumingan (2011, p. 42) menjelaskan bahwa analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau tren utnuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah perkembangannya. Kegiatan analisis laporan keuangan juga dilakukan dengan tujuan agar dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pengambilan keputusan.
Harahap (2008, p. 190) mendefinisikan bahwa laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis laporan keuangan dihitung dengan cara membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan di antara pos tertentu, baik dalam neraca maupun laporan laba rugi.
Dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk menganalisis laporan keuangan. Dengan menggunakan analisis laporan keuangan, analis dapat mengetahui baik dan buruknya keadaan dan posisi keuangan suatu perusahaan dari satu periode ke periode berikutnya. Di sisi lain, dengan menggunakan analisis laporan keuangan, para manajer keuangan perusahaan dapat memprediksikan cara-cara yang harus mereka tempuh agar perusahaan mendapatkan tambahan dana dari para investor.
 
2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Harahap (2008, p. 195) menjelaskan bahwa ada 10 tujuan dari analisis laporan keuangan, antara lain :
1.       Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2.       Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit).
3.       Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4.       Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5.       Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).
6.       Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksud dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga.
7.       Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yuang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8.       Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9.       Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
10.   Bisa juga memprediksikan potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kasmir, (2011, p. 68) bahwa tujuan analisis laporan keuangan antara lain adalah :
1.         Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik aset, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode tertentu,
2.         Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan,
3.         Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini,
4.         Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak,
5.         Untuk digunakan sebagai pembanding dengaan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai,
Dari poin-poin di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari analisis laporan keuangan adalah dapat mengetahui adanya kekuatan atau kelemahan keuangan dari tahun-tahun sebelumnya, dengan cara membandingkan angka rasio laporan keuangan dengan standar yang ditetapkan. Melalui cara tersebut pihak manajemen dapat menilai apakah kinerja perusahaan mengalami penigkatan atau mengalami penurunan pada tahun tersebut, sehingga pihak manajemen dapat mengambil tindakan untuk menanggapi kenaikan dan penurunan tersebut. Apabila perusahaan berada dibawah standar, maka pihak manajemen akan mencari faktor-faktor yang menyebabkan penurunan tersebut untuk pengambilan kebijakan guna menaikkan kembali angka rasio perusahaannya.

2.2.3  Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan

 Hanafi (2009, p. 78) mengutarakan bahwa meskipun analisis laporan keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan, antara lain:
1.    Data yang mencatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarkan pada harga perolehan.
2.    Upaya perbaikan barangkali bisa dilakukan oleh pihak manajemen untuk memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan tampak bagus.
3.    Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak perusahaan yang bergerak pada beberapa bidang usaha (industri), yang mengakibatkan analis susah dalam memilih pembanding perusahaan dikarenakan perusahaan tersebut bergerak pada beberapa industri.
4.    Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan terutama yang berkaitan dengan rekening-rekening jangka panjang seperti investasi jangka panjang.
5.    Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri. Ada beberapa perusahaan yang tidak bagus yang dipakai dalam perhitungan rata-rata industri. Perusahaan yang ingin sukses biasanya harus berada di atas rata-rata rasio industri, bukannya sama dengan rata-rata industri. Begitu juga sebaliknya, angka yang lebih rendah dibandingkan rata-rata industri juga tidak selalu berarti jelek. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum menentukan baik buruknya suatu angka.
Di sisi lain Harahap (2008, p. 192)  mengemukakan terdapat beberapa kelemahan analisis laporan keuangan, antara lain :
1.    Analisa laporan keuangan bergantung pada laporan keuangan, oleh karena itu kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
2.    Objek analisa laporan keuangan hanya laporan keuangan. Angka-angka di dalam laporan keuangan tidak cukup untuk menilai suatu laporan keuangan tetapi harus melihat juga aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya manajemen dan budaya masyarakat.
3.    Objek analisis data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini berbeda dengan kondisi masa depan.
4.    Terdapat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka jika dilakukan perbandingan dengan perusahaan lain misalnya :
a)         Prinsip Akuntansi,
b)        Ukuran Perusahaan,
c)         Jenis Industri,
d)        Periode Laporan,
e)        Laporan Individual atau Laporan Konsolidasi,
f)          Jenis perusahaan spek profit motive atau  non profit motive.


2.3  Analisis Rasio Keuangan

            Menurut Jumingan (2011, p. 118) analisis rasio keuangan yaitu :
            “Angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individual rasio itu kecil artinya kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Apabila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalis tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan”
            Dalam bukunya Harahap (2008, p.297) juga menjelaskan bahwa angka yang didapatkan dalam analisis rasio keuangan adalah hasil dari satu laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan tersebut dapat ternilai secara cepat.
            Dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu perhitungan yang dilakukan untuk membantu dan menginformasikan suatu laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk matematis yang sederhana. Dalam artian, informasi berupa persentase dan tingkatan angka yang sederhana tersebut menggambarkan hubungan satu akun dengan akun lainnya yang terdapat dalam suatu laporan keuangan pada periode tertentu.

2.3.1    Tujuan Analisis Rasio Keuangan

            Wild (2005, p. 36) mengemukakan bahwa terdapat beberapa keunggulan dalam analisis laporan keuangan, antara lain :
1.    Melalui perhitungan rasio keuangan diharapkan agar informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2.    Lebih memudahkan untuk mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
3.    Sebagai bahan dalam pengambilan keputusan dan model prediksi.
4.    Mengukur standar perusahaan.
5.    Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain, atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.
6.    Lebih memudahkan perusahaan dalam melakukan prediksi di masa yang akan datang.

 2.3.2   Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

   Harahap (2008, p. 298) berpendapat bahwa rasio keuangan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain :
1.    Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan
2.    Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit
3.    Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain
4.    Sangat bermanfaat untuk bahan dalam model-model pengambilan keputusan
5.    Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik
6.    Lebih mudah melihat trend serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2.3.3    Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

   Harahap (2013, p.298) mengungkapkan bahwwa selain memiliki beberapa keunggulan, analisis rasio keuangan juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1.    Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya,
2.    Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti ini seperti,
a.    Bahan pelindung rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjective,
b.    Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar,
c.     Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio,
d.    Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda,
3.    Jika tidak menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio,
4.    Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron,
5.    Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.3.4  Rasio – Rasio Keuangan

1)    Rasio Modal Kerja (Rasio Likuiditas)
Libby (2008, p. 714) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo pada periode ini. Rasio likuiditas berfokus pada hubungan antara aset lancar dan kewajiban lancar. Kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar merupakan faktor yang penting dalam mengevaluasi kekuatan keuangan perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki aset kas untuk membayar pembelian tepat waktu akan kehilangan beberapa peluang untuk memanfaatkan potongan tunai dan akan menghadapi risiko kreditur menghentikan pemberian kredit.
“Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan jangka pendek yang kuat apabila: (1) mampu memenuhi tagihan dari kreditur jangka pendek tepat pada waktunya, (2) mampu memelihara modal kerja yang cukup untuk membelanjai operasi perusahaan yang normal, (3) mampu membayar bunga utang jangka pendek dan dividen, dan (4) mampu memelihara kredit rating yang menguntungkan” Jumingan (2011, p. 123). Rasio likuiditas yang digunakan dalam menganalisis keuangan perusahaan asuransi, antara lain current ratio (rasio lancar), dan cash ratio (rasio kas).
Sedangkan Harahap (2008, p. 301) menuturkan bahwa rasio likuiditas dapat menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar.

2.3.5        Pengertian Statemen Keuangan

Statemen keuangan perusahaan  adalah statemen yg memberikan ikhtisar mengenai keadaan keuangan perusahaan, dimana Neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan Statemen Rugi-Laba (income statements) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya satu tahun.

2.3.6        Analisis Statement Keuangan

Konsep analisis keuangan, bahwa hubungan – hubungan kuantitatif dapat digunakan untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan dalam kinerja suatu perusahaan.

2.3.7        Manfaat analisis Rasio Keuangan

Membantu penganalisis untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan yg bersangkutan.

Untuk mengambil manfaat rasio keuangan kita memerlukan standar untuk perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola industri atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan beroperasi.

2.3.8        Macam-macam Rasio Keuangan

Beberapa tinjauan terhadap hubungan kuantitatif rasio keuangan:

Dilihat dari sumbernya  rasio dibagi menjadi 3:

1.       Rasio-Rasio Neraca
·         Adalah rasio-rasio yg disusun dari data yg berasal dari neraca misalnya;  current ratio, Acid test-ratio, , current assets to total assets ratio, current lialibilities to total assets ratio dan lain sebagainya.

2.       Rasio Statemen Rugi-Laba
·         Rasio-rasio yang disusun berdasarkan income statements, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio, dan lain sebagainya.

3.       Rasio-Rasio Antar Statemen Keuangan
·         Adalah rasio keuangan yang disusun berdasarkan Neraca dan data lainnya yg berasal dari income statement, misalnya assets turnover, inventory turnover, receivables  turnover dan sebagainya.






Neraca
PT ABC
PER 31 DESEMBER 2001
( dalam ribuan rupiah )

Aktiva Lancar

Hutang lancar

Kas
200.000
Hutang dagang
300.000
Efek
200.000
Hutang wesel
100.000
Piutang
160.000
Hutang Pajak
160.000
Persediaan
840.000


Jumlah A.L.
1.400.000
Jumlah H.L.
560.000




Aktiva Tetap

Hutang jk. Panjang

Mesin
700.000
Obligasi
600.000
Akum. Penyusutan
100.000



600.000
Modal sendiri

Bangunan
1.000.000
Modal saham
1.200.000
Akum. Penyusutan
200.000
Agio saham
200.000

800.000

1.400.000
Tanah
100.000
Laba ditahan
440.000
Intangibles
100.000


Jumlah A.T.
1.600.000
Juml. Modal sendiri
1.840.000




Jumlah Aktiva
3.000.000
Jumlah pasiva
3.000.000


Statemen Laba – Rugi
PT ABC
Periode 31 Desember 2001
( dalam ribuan rupiah )


Penjualan
4.000.000
Harga pokok penjualan
3.000.000
Laba kotor
1.000.000
Biaya-biaya
570.000
Keuntungan sebelum bunga & pajak
430.000
Bi. Bunga obligasi ( 5 % x Rp 600.000 )
30.000
Keuntungan sebelum pajak
400.000
Pajak penghasilan
160.000
Keuntungan bersih setelah pajak
240.000



PERHITUNGAN RASIO-RASIO  KEUANGAN


RASIO KEUANGAN

METODE PERHITUNGAN

INTERPRETASI
     
I. RASIO LIKUIDITAS

A. Current Ratio



Aktiva Lancar
Hutang Lancar
1.400.000
 560.000

= 2,5 : 1 = 250%





Kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Setiap hutang Lancar Rp 1,00 dijamin oleh oleh aktiva lancar Rp 2,50

B. Cash Ratio





Kas + Efek   =  400.000  =
     HL                 560.000

= 0,71 atau 71%


Kemampuan membayar utang dengan segara yang harus dipenuhi  dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang segera dapat diuangkan.
Setiap hutang Lancar  Rp1,00 dijamin oleh kas  dan efek Rp 0,71

C. Quick ratio (Acid Test  
     ratio)


Kas +Efek + Hutang
     Hutang Lancar


200.000 + 20.000 + 160.000
                 560.000

= 1 : 1  atau 100%


Kemampuan untuk membayar utang  yg segera hrs dipenuhi dengan aktiva lancar yg lebih likuid.

Setiap utang lancar Rp 1,00  dijamin dengan quick assets 1,00

D. Working Capital to
    Total    Assets Ratio


Aktiva Lancar – Ht Lancar
           Jumlah Aktiva


1.400.000 – 560.000
         3.000.000

= 0, 28  : 1 atau 28 %

Likuiditas dari n total  aktiva dan posisi modal kerja neto.

Setiap Rp 1, 00  assets perusahaan Rp 0,28 terdiri dari  modal kerja (aktiva lancar)

II. RATIO LEVERAGE
A.      Total Debt to Equity Ratio





H  Lancar + H JK Panjang
     Jml Modal Sendiri

560.000 + 600.000
        1840.000

= 0,63 : 1  atau 63 %


Bagian setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang.
63% dari setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan utang.

B.      Total debt to total 
capital Assets 

Utg Lancar + Utg JK PJ
Jumlah Modal/Aktiva

560.000 + 600.000
3.000.000

= 0,39 : 1 atau 39%

Beberapa bagiam dari keseluruhan dana yang  dibelanjai dengan utang. Atau
Berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang.
39 % dari setiap aktiva digunakan untuk menjamin utang.

C.      Long Term Debt  To
      Equity ratio





Hutag JK Panjang
  Modal Sendiri

600.000
1.840.000

= 0,33 : 1  = 33%


Bagian setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan  untuk hutang jk panjang.

33 % dari setiap rupiah modal sendiri
Digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang.

D.          Tangible Assets
        Debt Coverage

Jml Aktiva  - Intangibles HL
              Hutang Jk Pjg

3.000.000 – 100.000 – 560.000
                     600.0000

2. 340.000
  600.000

= 3,9 :1 atau 390%

Besarnya aktiva tetap tangible   yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang setiap rupiahnya

Setiap rupiah Hutang JKPJ dijamin oleh aktiva tangible  sebesare RP 390

E.       Times Interest Earned Ratio


EBIT
Bunga HTG JK panjang

430.000
30.000

=  14,3 X

Besarnya jaminan keuntungan yang digunakan untuk membayar bunga Hutang JK PJG

III. RASIO AKTIVITAS
A.      Total Assts Turn Over

Penjualan Neto      
Jumlah Aktiva        

400.000
300.000

=  1,33

Kemampuan dana yang tertanam dlm keseluruhan aktivaberputar dalam satu periode tertentu, Atau kemampuan dana yang diinvestasi- kan untuk menghasilkan revenue.
Dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva  rata-rata dlm  1 thn berputar 1,33X. Atau setiap 1 Rupiah setiap thn dpt meng- hasilkan Rp1,33

B.      Receivable Torn Over

Penjualan Kredit
Piutang Rata-rata

4.000.000
160.000

= 25 X

Kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu.
Dalam satu tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar selama 25X

C. Average  Collection Period

Piutang rata-rata X 360
Penjualan Kredit

160.000 X 360
4.000.000

= 14,4 hari

Periode rata-rata yang dibutuhkan dalam pengumpulan piutang

Piutang rata-rata dikumpulkan setiap 15 hari sekali.

D. Inventory Turn Over

Harga Pokok Penjualan
Inventory Rata-Rata

3.000.000
840.000

= 3,6 X

Kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam satu periode tertentu.
Dana yang tertanam dalam inventory  berputar rata-rata 3,6 X dalam satu tahun.

E. Average Day’s Inventory

Inventory rata-rata X 360
Harga Pokok Penjualan

840.000 X 360
3.000.000

= 10 hari

Periode rata-rata persediaan berada di gudang .

Inventory berada di gudang rata-rata selama 10 hari.

F.       Working Capital Turn over

Penjualan Netto
Aktiva lancar – H Lancar

4.000.000
1.400.000 – 560.000

= 4,76 X  atau 4,8 X

Kemampuan modal keja perusahaan berputar dalam satu periode siklus kas perusahaan
Dana yang tertanam dalam modal kerja  berputar rata-rata 4,8 X dalam satu tahun.

III. RASIO KEUNTUNGAN
A. Gross Profit Margin



Penjualan Neto – HPP
       Penjualan Neto

4.000.000 – 3.000.000
4.000.000

= 25%


Laba Bruto per rupiah penjualan

Setiap Penjualan menghasilkan laba bruto Rp 0,25.




B.   Operating Income
     Ratio ( Operating
     Profit Margin)

Penj Neto – HPP – Biaya ADM dan Umum
----------------------------------------
                  Penjualan Netto

4.000.000 – 3.000.000 –570.000
                     4.000.000

= 10, 75%

Laba sebelum Bunga dan Pajak  (net operating income) oleh setiap rupiah penjualan

Setiap rupiah penjualan menghasilkan laba operasi Rp 0,11.

C.      Operating Ratio




HPP + Biaya ADM + Biaya Penj + Biaya Umum
---------------------------------------
                   Penjualan Neto

3.000.000 + 570.000
4.000.000

= 89,25 %

Biaya operasi per rupiah penjualan .

Setiap rupiah penjualan memerlukan biaya Rp 0,89

Makin besar rasio makin buruk

D.      Net Profit Margin

Keuntungan Neto  sesudah Pajak
                 Penjualan Neto

240.000
4.000.000

= 6 %


Keuntungan neto per rupiah penjualan

Setiap rupiah penjualan menghsilkan keuntungan neto sebesar Rp 0,06

E.       Earning Power of
Total Investmen  rate of return of total assets)





EBIT
JML AKTIVA

430.000
3.000.000

= 14,3 %


Kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
Aktiva  untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.
Setiap satu rupiah modal yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan  Rp 0,14 untuk semua investor.

F.       Net Earning Power ratio / Return On Investment
(ROI)



Earning After Tax
Jumlah Aktiva

240.000
3.000.000

= 8%

Kemampuan modal yg diinvestasikan
Dlm keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.


G.     Rate of  Return for
the Owners
(Rate of Return on
Net Worth)



Earning After Tax
ML Modas Sendiri

240.000
1.840. 000

= 13 %


Kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan biasa.
Setiap rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan neto Rp 0,13 yg tersedia bagi pemegang saham preferen  dan biasa

Pendekatan Lain dalam Analisis Laporan Keuangan

Langkah pertama : Pengelompokkan Pengukuran dalam 3 aspek
1.             Ukuran kinerja
2.             Ukuran Efisiensi Operasi
3.             Ukuran Kebijakan Keuangan

  1. Ukuran kinerja dianalisis dalam tiga kelompok:
    1. ratio profitabilitas
    2. ratio pertumbuhan
    3. ratio Penilaian

RATIO KEUANGAN
METODE  PERHITUNGAN
INTEPRETASI

RATIO PROFITABILITAS
1. Kinerja laba operasi
    Laba Operasi Bersih (NOI) / Penjualan

          
Laba Operasi Bersih
          Penjualan

$ 700,8
$ 4.620,0

= 15,2 %
  


Kemampuan penjualan untuk menghasilkan laba bersih.

Setiap satu dollar  penjualan mampu  menghasilkan laba operasi bersih $ 0.13

2. Hasil pengembalian atas total aktiva (ROI)
      Laba operasi terhadap total aktiva

     Laba Operasi Bersih
          Aktiva

$ 700,8
$ 3.390,4

    = 20%



Kemampuan penggunaan aktiva  untuk menghasilkan laba operasi bersih.

Setiap satu dollar  aktiva  mampu  menghasilkan laba operasi bersih    $ 0.20

3. Laba Operasi Bersih
    terhadap Total Modal

     Laba Operasi Bersih
     Total Modal

 (Total Modal / Hutang berbeban bunga atas total modal bunga + ekuitas pemegang saham)
$ 700,8
$ 2.484,0

= 28,2%

Kemampuan penggunaan modal   untuk menghasilkan laba operasi bersih.

Setiap satu dollar  modal   mampu  menghasilkan laba operasi bersih    $ 0.28

4 Laba bersih terhadap penjualan / Marjin laba atas penjualan

      Laba Bersih
Penjualan

 $ 470,2
 $ 4.620,0

= 10,2%

Kemampuan penjualan dalam     menghasilkan laba  bersih.

Setiap satu dollar  penjualan mampu  menghasilkan laba  bersih    $ 0.28

5. Hasil pengembalian atas equitas / Return on Equity hasil pengembalian atas equitas

     Laba Bersih
Equitas pemegang saham

$ 470,2
$ 1.634,4

= 28,8 %

Mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan.
Setiap satu dollar Equitas mampu menghasilkan laba bersih  $ 0,288

6. Tingkat profitabilitas
      marjinal

     Perubahan NOI
Perubahan total modal

$ 237,6
$ 1292,1

= 18,4 %

Mengukur perubahan margin profitabilitas dari beberapa periode.
Margin profitabilitas dari periode (lima tahun terakhir) 18,4%

7.   Hasil pengembalian
      Marginal atas Equitas / Marginal return to equity)
                    
     Perubahan NI
     Perubahan equitas

$ 219,7
$ 1147,2
= 15,3 %

Marginal return to equity 15,3%

RATIO PERTUMBUHAN

Pertumbuhan penjualan, Laba Operasi bersih, Laba bersih, Laba per saham dan dividen per saham


RATIO PENILAIAN
1.       Rasio harga/laba
Harga pasar per saham terhadap laba per saham (price /earning ratio atau P/E ratio

            
     Harga pasar per saham
Laba per saham

$ 69.69
$ 3,85
= 15,9 %


Semakin tinggi risiko tinggi faktor diskonto dan semakin rendah rasio P/E, semakin tinggi P/E, maka semakin bagus sebuah perusahaan.

2.       Rasio Harga Pasar terhadap nilai Buku (market –to – book – value)

     Harga pasar per saham
Nilai buku ekuitas

$ 69.69
$ 13,41
= 5,2 %

Mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.

  1. Ukuran Efisiensi Operasi

Mengukur rasio aktivitas atau rasio perputaran adalah mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan investasi dan sumber daya ekonomis yang dimilikinya.

RATIO KEUANGAN
METODE  PERHITUNGAN
INTEPRETASI

1.       Perputaran Persediaan


     Harga Pokok Penjualan
Persediaan

$ 700,8
$ 4.620,0

= 15,2 %

Sama dengan di atas (aspek yang lain)


  1. Ukuran Kebijakan Keuangan

Mengukur sampai seberapa jauh total aktiva dibiayai oleh pemilik, jika dibandingkan dengan pembiayaan yang disediakan oleh para kreditur.

RATIO KEUANGAN
METODE  PERHITUNGAN
INTEPRETASI

A. Faktor leverage


     Total Aktiva
Ekuitas

$ 3.390
= 2,0
  

Menegukur sampai seberapa jauh investasi ekuitas pemegang saham diperbesar oleh penggunaan penggunaan hutang dalam membiaya total aktiva.
Rasio likuiditas
S DA


      
Berikut adalah contoh Analisa Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas Laporan Keuangan “PT. GUDANG GARAM Tbk.”

1.    LIKUIDITAS PERUSAHAAN

a.      Current Ratio
Current Ratio = (Aktiva Lancar/Kewajiban Lancar) x 100%
Tahun 2008
Current Ratio = (17.955.845/9.437.259) x 100% = 1,9%
Tahun 2007
Current Ratio = (Rp. 15.027.032/) x 100% = 1,95%

b.      Quick Ratio/Acid Test Ratio
Quick Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan)/Kewajiban Lancar)) x 100%
Tahun 2008
Quick Ratio = ((Rp.17.955.845-Rp.14.016.039)/ Rp.9.437.259)) x 100% = 0,41%
Tahun 2007
Quick Ratio = ((Rp.15.027.032-Rp. 11.877.086)/ Rp.7.697.918)) x 100% = 0,40%

c.       Cash Ratio
Cash Ratio = (Kas/Kewajiban Lancar) x 100%
Tahun 2008
Cash Ratio = (Rp. 411.689/ Rp.9.437.259) x 100% = 0,043%
Tahun 2007
Cash Ratio = (Rp. 289.152/ Rp. 7.697.918) x 100% = 0,037%

2.      PERPUTARAN PIUTANG

Cara perhitungan perputaran piutang dapat dilakukan dengan rumus :
Perputaran Piutang = (Penjualan Kredit/Utang Usaha) x 100%
Tahun 2008
Perputaran Piutang = (Rp.15.056.347/ Rp.200.266) x 100% = 75,1%
Tahun 2007
Perputaran Piutang = (Rp.13.419.733/ Rp.  128.837) x 100% = 104,1%



3.      SOLVABILITAS PERUSAHAAN

Tingkat   solvabilitas  diukur  dengan beberapa   rasio,  yaitu :

a.      Total Debt to Equity Ratio
Total Debt Equty Ratio = (Total Utang/Ekuitas) x 100%
Tahun 2008
Perputaran Piutang = (Rp.10.359.076/ Rp.14.530.132) x 100% = 0,71%
Tahun 2007
Perputaran Piutang = (Rp.8.474.564/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,63%

b.      Total Debt to Asset Ratio
Total Debt to Asset Ratio = (Total Utang/Total Aktiva) x 100%
Tahun 2008
Total Debt to Asset Ratio = (Rp.10.359.076/ Rp.20.904.022) x 100% = 0,49%
Tahun 2007
Total Debt to Asset Ratio = (Rp.8.474.564/ Rp.21.878.013) x 100% = 0,38%

4.      RENTABILITAS PERUSAHAAN

Adapun  cara penilaian  Rentabilitas  adalah :

a.       Gross Provit Margin (Margin Laba Kotor)
Rumus :
GPM = (Laba Kotor/Penjualan Bersih) x 100%
Tahun 2008
GPM = (Rp.2.427.250/ Rp.15.056.347) x 100% = 0,16%
Tahun 2007
GPM = (Rp.2.485.648/ Rp.13.419.733) x 100% = 0,18%

b.      Net Profit Margin (Margin Laba Besih)
Rumus :
NPM = (Laba Setelah Pajak/Total Aktiva) x 100%
Tahun 2008
NPM = (Rp.891.358/ Rp.24.904.022) x 100% = 0,035%
Tahun 2007
NPM = (Rp.710.565/ Rp.21.878.013) x 100% = 0,032%

c.       Earning Power of Total Investment
Rumus :
EPTI = (Laba Sebelum Pajak/Ekuitas) x 100%
Tahun 2008
EPTI = (Rp.1.313.392/ Rp.14.530.132) x 100% = 0,09%
Tahun 2007
EPTI = (Rp.1.084.495/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,08%

d.      Return On Equity (Pengembalian Atas Equitas)
Rumus :
ROE = (Laba Setelah Pajak/Ekuitas) x 100%
Tahun 2008
ROE = (Rp. 891.358/Rp. 14.530.132) x 100% = 0,61%
Tahun 2007
ROE = (Rp.710.565/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,3%



BAB III
KESIMPULAN

Likuiditas adalah  masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.  Masalah likuiditas dapat dihitung dengan dua cara, yaitu dengan cara perhitungan menggunakan rasio (quick ratio, current ratio, dan cash ratio) dan dengan menghitung periode penagihan rata- rata (average collection period). Untuk laporan keuangan diatas digunakan pendekatan yang pertama yaitu dengan  perhitung rasio (Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio)
·         Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. Pada laporan keuangan diatas terjadi penurunan current ratio dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 0,05%.
·         Semakin besar quick ratio maka semakin baik pula perusahaan pula kondisi perusahaan. Namun apabila quick ratio memiliki perbandingan 1:1 atau 100%  perusahaan tersebut dianggap kurang baik. Dalam laporan keuangan ini dapat diketahui adanya sedikit peningkatan quck ratio dari 0,40% menjadi 0,41%. Yang berarti perusahaan masih dalam keadaan stabil.
·         Rasio ini menunjukan kemampuan kas untuk menutupi hutang lancar. PT. GUDANG GARAM Tbk. mengalami peningkatan dalam menutupi hutang lancar. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya presentasi cash ratio, yaitu dari 0,037% menjadi 0,043%.
Rasio perputaran piutang memberikan analisa mengenai beberapa kali tiap tahunnya dana yang tertanam dalam piutang berputar dari bentuk piutang kebentuk uang tunai, kemudian kembali kebentuk piutang lagi.
Makin tinggi rasio ( turnover ) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.
Solvabilitas Perusahaan berguna untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Suatu perusahaan dikatakan Solvabel jika perusahaan itu mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya , baik yang jangka panjang maupun jangka pendek. Jika perusahaan tidak mempunyai cukup aktiva untuk membayar segala hutangnya, maka perusahaan tersebut dikatakan insolvabel.
Dalam  hubungan antara  likuiditas  dan solvabilitas  ada empat   kemungkinan  yang dapat   dialami  oleh perusahaan yaitu :
a. Perusahaan yang likuid  tetapi insolvable
b. Perusahaan  yang likuid  dan solvable
c. Perusahaan yang solvabel  tetapi ilikuid
d. Perusahaan  yang insolvabel  dan ilikuid
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan anatara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Perhitungan rentabilitas berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Hal ini terjadi karena perbedaan antara aktiva dan laba yang mana yang akan dibandingkan dengan yang lain.

















DAFTAR PUSAKA

Riyanto, Bambang Prof. Dr.. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. 2010. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
 http://dewiasmaranii.blogspot.co.id/2014/12/analisis-laporan-keuangan.html