A. Definisi
Kinerja dan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Kinerja adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu
organisasi.
Pengukuran Kinerja adalah suatu proses penilaian
kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam
menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa; hasil kegiatan
dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam
mencapai tujuan. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai prestasi manajaer
dan unit organisasi yang dipimpinnya.
Pengukuran kinerja sangat penting
untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam pelayanan publik yang
lebih baik. Akuntabilitas disini bukan sekedar kemampuan menunjukkan uang
publik dibelanjakan, akan tetapi juga meliputi kemampuan menunjukan bahwa uang
publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomies, efisien, dan efektif.
Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian
suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran
kinerja dapat dijadikan alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja
diperkuat dengan menetapkan reward and punishment systems.
Pengukuran kinerja sektor publik
dilakukan untuk memenuhi tiga maksud :
1. Pengukuran kinerja
sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran
kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan
sasaran program unit kerja. Hal ini pada ahkirnya akan meningkatkan efisiensi
dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian Pelayanan publik.
2. Ukuran kinerja sektor publik
digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.
3. Ukuran kinerja sektor
publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki
komunikasi kelembagaan
Kinerja sektor publik bersifat
multidimensional, Sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan
untuk menunjukan kinerja secara komperhensif. Berbeda dengan sektor swasta,
karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat ingtangible
output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja
sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kinerja
non-finansial.
Tujuan Sistem Pengukuran
Kinerja :
a. Untuk
mengkomunikasikan strategi dengan lebih baik (top down and bottom up).
b. Untuk mengukur
kinerja finansial dan non – finansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi.
c. Untuk
mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan manajer bawah
serta memotivasi dan untuk mencapai goal congruence.
d. Sebagai alat untuk
mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional.
kemampuan kolektif yang rasional.
Setelah tujuan pengukuran kinerja
dicapai maka perusahaan akan mendapat manfaat langsung yaitu :
Manfaat Pengukuran Kinerja :
a. Memberikan pemahaman
mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen.
b. Memberikan arah untuk
mencapai target kinerja yang ditetapkan.
c. Untuk memonitor dan
mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja
serta sserta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.
d. Sebagai dasar untuk
memberikan penghargaan dan hukuman secara objektif atas pencapaian yang diukur
sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
e. Sebagai alat komunikasi
antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi.
f. Membantu
mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan telah terpenuhi
g. Membantu memahami
proses kegiatan instansi pemerintah.
h. Memastikan bahwa
pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.”
B. Peran
Indikator Kinerja dalam Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Untuk melakukan pengukuran kinerja,
variabel kunci yang sudah teridentifikasi tersebut kemudian dikembangkan
menjadi indikator kinerja untuk unit kerja yang bersangkutan. Untuk dapat
diketahui tingkat pencapaian kinerja, Indikator kinerja tersebut kemudian
dibandingkan dengan target kinerja atau standart kinerja. Tahap terahkir adalah
evaluasi kinerja yang hasilnya berupa feedback, reward, dan punishment kepada
manajer pusat pertanggungjawaban.
Indikator kinerja digunakan sebagai
indikator pelaksanaan strategi yang sudah ditetapkan. Indikator kinerja
tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama organisasi ( critical
succes factors ) atau bisa juga dikenal dengan CSF dan indikator
kinerja kunci ( key performance indicator ) atau bisa juga
disebut dengan KPI.
Faktor Keberhasilan Kunci / CSF adalah
suatu area yang mengindifikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi.
Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan memperhatikan variabel
variabel kunci finansial dan non finansial pada kondisi waktu tertentu. Critical
succes factor tersebut harus secara konsisten mengikuti perubahan yang
terjadi dalam organisasi.
Indikator Kinerja Kunci / KPI merupakan
sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang
bersifat financial maupun non-financial untuk melaksanakan oporasi dan kinerja
unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan
memonitor pencapaian kinerja.
Pengembangan Indikator Kinerja
Penggunaan indikator kinerja sangat
penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan
secara efisien dan efektif. Indikator untuk tiap-tiap unit organisasi
berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan. Penentuan
Indikator kinerja perlu mempertimbangankan komponen berikut :
a. Biaya
pelayanan ( cost of service )
b. Penggunaan
( utilization )
c. Kualitas
dan standart pelayanan ( quality and standarts )
d. Cakupan
pelayanan ( coverage )
e. Kepuasan
( satisfaction )
Membuat Sistem Pengukuran Kinerja
Langkah 1 : Memperkirakan Kesiapan Organisasi
Langkah 2 : Merumuskan Tujuan
Langkah 3 : Menyiapkan Pertanyaan Kebijakan
Langkah 4 : Mengembangkan Rencana Kerja
Langkah 5 : Memulai Orientasi dan Pelatihan
Langkah 6 : Memilih Bidang Pelayanan Yang Akan Diukur
Langkah 7 : Merumuskan Misi, Tujuan dan Sasaran
Langkah 8 : Mengenali Pengukuran
Langkah 9 : Membuat Sistem Pengumpulan Data, Analisa dan
Pelaporan
Langkah 10 : Pemantuan dan Evaluasi
C. Komponen yang
Dipertimbangkan dalam Penentuan Indikator Kinerja
Dalam melakukan pengukuran kinerja,
informasi yang digunakan dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :
Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial
diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut
dilakukan dengan menganalisa varians ( selisih atau perbedaan ) antara kinerja
aktual dengan yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar
berfokus pada :
a. Varians Pendapatan (revenue
variance)
b. Varians belanja
investasi/modal (expenditure variance)
– Varians belanja
rutin (recurrent expenditure variance)
– Varians belanja
investasi / modal (capital expenditure variance)
Setelah dilakukan analisis varians,
maka dilakukan identifikasi sumber penyebab terjadinya varians dengan
menelusuri varians tersebut hingga level manajamen paling bawah. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui unit spesifik mana yang bertanggungjawab terhadap
terjadinya varians sampai tingkat manajemen yang paling bawah.
Informasi Non-Finansial
Informasi non-finansial dapat
dijadikan sebagai tolak ukur lainnya. Informasi non finansial dapat menambah
keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran
kinerja yang komperhensif yang banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi ini
adalah Balanced Scorecard. Dengan Balanced Scorecard
kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek finansial sajam akan
tetapi juga aspek non-finansial. Pengukuran dengan metode Balanced
Scorecard melibatkan empat aspek, yaitu :
1. Perspektif
Finansial ( financial perspective)
2. Perspektif
kepuasan pelanggan (customer perspective)
3. Perspektif
efisiensi proses internal (internal process efficiensy)
4. Perspektif
pembelanjaran dan pertumbuhan (learning and growth Perspective)
Jenis informasi non-finansial dapat
dinyatakan dalam bentuk variabel kunci (key variabel) atau sering
dinamakan sebagai key succes factor, key result factor, atau pulse
point. Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang
menjadi sebab kesuksesan organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak
diinginkan, maka variabel ini harus segera disesuaikan. Suatu variabel kunci
memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
- Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi.
- Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat.
- Perubahannya tidak dapat diprediksi.
- Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera, dan.
- Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara (surrogate), sebagai contoh, kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara langsung, akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan, dan demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.
D. Indikator
Kinerja dan Pengukuran Value for Money
Value for money merupakan inti pengukuran kinerja
pada organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi
output yang dihasilkan saja, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output
dan outcome secara bersama-sama. Bahkan, untuk beberapa hal perlu ditambahkan
pengukuran distribusi dan cakupan layanan ( equity & service
coverage ). Permasalahan yang sering dihadapi oleh pemerintah dalam
melakukan pengukuran kinerja adalah sulitnya mengukur output, karena output
yang dihasilkan tidak selalu berupa output yang berwujud, akan tetapi lebih
banyak intangible output.
Istilah “ukuran kinerja” pada
dasarnya berbeda dengan istilah “indikator kinerja”. Ukuran kinerja
mengacu pada penilaian kinerja secara langsung. Sedangkan indikator kinerja
mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang
sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Untuk dapat mengukur
kinerja pemerintah, maka perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai
dasar penilaian kinerja. Mekanisme untuk menentukan indikator kinerja tersebut
memerlukan hal-hal sebagai berikut:
- Sistem Perencanaan dan pengendalian
Sistem perencanaan dan pengendalian
meliputi proses, prosedur dan struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan
organisasi telah dijelaskan dan dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi
dengan menggunakan rantai komando yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi
tugas pokok dan fungsi, kewenangan serta tanggung jawab.
- Spesifikasi teknis dan standardisasi
Kinerja suatu kegiatan, program, dan
organisasi diukur dengan menggunakan spesifikasi teknis tersebut dijadikan
sebagai standart penilaian.
- Kompetensi teknis dan profesionalisme
Untuk memberikan jaminan
terpenuhinya spesifikasi teknis dan standarisasi yang ditetapkan, maka
diperlukan personel yang memiliki kompetensi dan profesional dalam bekerja.
- Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
Mekanisme ekonomi terkait dengan
pemberian penghargaan dan hukuman ( reward & punishment )
yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan
sumber daya yang menjamin terpenuhinya value for money. Ukuran
kinerja digunakan sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuma ( alat
pembinaan )
- Mekanisme sumber daya manusia
Pemerintah perlu menggunakan
beberapa mekanisme untuk memotivasi stafnya untuk memperbaiki kinerja personal
dan organisasi.
Peran Indikator Kinerja bagi
Pemerintah adalah :
- Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi.
- Sebagai mengevaluasi target ahkir ( final outcome ) yang dihasilkan.
- Sebagai masukan untuk menentukan skema insetif manajerial.
- Memungkinkan bagi pemakasi jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan.
- Untuk menunjukan standar kinerja
- Untuk menunjukan efektivitas
- Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang paling baik untuk mencapai target sasaran
- Untuk menunjukan wilayah, bagian atau proses yang masih potensial untuk dilakukan penghematan.
Permasalahan teknis yang dihadapi
pada saat pengukuran ekonomi, efisiensi, dan efektivitas ( value for
money) organisasi adalah bagaimana membandingkan input dengan output untuk
menghasilkan ukuran efisiensi yang memuaskan jika output yang dihasilkan tidak
dapat dinilai dengan harga pasar. Solusi praktis atas masalah tersebut adalah
dengan cara membandingkaninput financial (biaya) dengan output
nonfinancial, misalnya biaya unit ( unit cost statistics ). Unit
cost statistics tersebut dapat digunakan sebagai benang merah untuk
mengukur kinerja. Unit-unit kerja pemerintah diharapkan dapat menghasilkan
sejumlah unit cost statistics yang spesifik untuk unit
kerjanya.
Value for Money
Value for money merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu:
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
– Ekonomi:
pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada
harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input
value yang dinyatakan dalam satuan moneter.
– Efisiensi:
pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu
atau penggunaan inputyang rendah untuk mencapai output tertentu.
Efisiensi merupakan perbandingan output/inputyang dikaitkan dengan
standard kinerja atau target yang telah ditetapkan.
– Efektivitas:
tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara
sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.
Secara Skematis, value of
money dapat digambarkan sebagai berikut :
Pengukuran Value For Money
Kriteria pokok yang mendasari
pelaksanaan manajemen publik dewasa ini adalah ekonomi, efisiensi, efektivitas,
transparasi dan akuntabilitas publik. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat
mencakup pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for money,
yaitu ekonomi ( hemat cermat ) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien
( berdaya guna ) dalam penggunaan sumber daya, dalam arti penggunaannya
diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing benefits and minimizing
cost ), serta efektif ( berhasil guna ) dalam arti mencapai tujuan dan
sasaran.
Agar dalam menilai kinerja
organisasi dapat dilakukan secara obyektif, maka diperlukan indikator kinerja.
Indikator kinerja yang indeal harus terkait pada efisiensi biaya dan kualitas
pelayanan. Sementara itu kualitas terkait dengan kesesuaian dengan maksud dan
tujuan ( fitness for purpose), konsistensi, dan kepuasan publik
( public satistaction). Kepuasan masyarakat dalam konteks tersebut
dapat dikaitkan dengan semakin rendahnya complaint dari
masyarakat.
Pengembangan Indikator Value For
Money
Peranan indikator kinerja adalah
untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Hal
ini tidak berarti bahwa suatu indikator akan memberikan ukuran pencapaian
program yang definitif. Indikator value for money dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
- Indikator Alokasi Biaya ( ekonomi dan efisiensi ), dan
- Indikator kualitas pelayanan ( efektivitas )
Indikator kinerja harus dapat
dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal. Pihak Internal dapat
menggunakannya dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan serta
efisiensi biaya. Dengan kata lain, indikator kinerja berperan untuk menunjukan,
memberi indikasi atau memfokuskan perhatian pada bidang yang relevan dilakukan
tindakan perbaikan.
Pihak eksternal dapat menggunakan
indikator kinerja sebagai kontrol dan sekaligus sebagai informasi dalam rangka
mengukur tingkat akuntabilitas publik. Pembuatan dan penggunaan indikator
kinerja tersebut membantu setiap pelaku utama dalam proses pengeluaran publik.
Indikator kinerja akan membantu para manajer publik untuk memonitor pencapaian
program dan mengidentifikasi masalah yang penting.
Tiga Pokok Bahasan Dalam
Indikator Value For Money
Berikut ini akan dijelaskan mengenai
konsep value for money atau yang dikenal dengan 3E.
Ekonomi adalah hubungan antara pasar
dan masukan (cost of input). Dengan kata lain ekonomi adalah prakti
pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas tertentu pada harga
terbaik yang memungkinkan (spending less)
Efisiensi berhubungan erat dengan
konsep produktivitas. Pengukuran efisien dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap
input yang digunakan (cost of output).
Indikator efisiensi, adalah suatu
indikator yang menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya oleh suati
unit organisasi ( misalnya : staff, upah, biaya administratif ) dan keluaran
yang dihasilkan indikator tersebut memberikan informasi tentang konversi
masukan menjadi keluara ( yaitu : efisiensi dari proses internal )
Efektivitas, pada dasarnya
berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Indikator
efektivitas, adalah suati indikator yang menggambarkan jangkauan akibat dan
dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai
tujuan program.
Dari uraian diatas, maka dapat kita
simpulkan bahwa ketiga pokok bahasan dalam value for money sangat
terkait dengan yang lainnya, Ekonomi membahas input, efisiensi membahas input
dan output, dan efektivitas membahas output dan outcome.
Hubungan ini dapat digambarkan sebagai contoh gambar dibawah ini.
Langkah-langkah Pengukuran Value For
Money :
Pengukuran Ekonomi
Pengukuran efektivitas hanya
memperhatikan keluaran yang didapat, sedangkan pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan
masukan yang dipergunakan. Ekonomi merupakan ukuran relatif, Pertanyaan
sehubungan dengan pengukuran ekonomi adalah :
- Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dilanggarkan oleh organisasi ?
- Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat diperbandingkan ?
- Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal ?
Pengukuran Efisiensi
Pengukuran Efisiensi. Efisiensi
merupakan hal penting dari tiga pokok bahasan Value for Money. Efisiensi
diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin
besar output dibandinginput, maka semakin tinggi
tingkat efisiensi suatu organisasi.
EFISIENSI = Output
Input
Rasio Efisiensi tidak hanya
dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk relatif. Unit A adalah
lebih efisien dibanding unit B. Unit A lebih efisien dibanding unit tahun lalu,
dan seterusnya. Karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan
masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan output pada
tingkat input yang sama.
2. Meningkatkan output dalam
proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input.
3. Menurunkan input pada
tingkatan output yang sama.
4. Menurunkan input dalam
proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output.
Penyebut atau input sekunder
seringkali diukur dalam bentuk satuan mata uang. Pembilang atau output dapat
diukur baik dalam jumlah mata uang ataupun satuan fisik. ( catatan : Efisiensiseringkali
juga dinyatakan dalam bentuk input/outpu, dengan interpretasi
yang sama dengan bentuk output/input , contoh biaya per
unit output )
Dalam pengukuran kinerja Value
for Money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- Efisiensi alokasi
- Efisiensi teknis (manajerial)
Pengukuran Efektivitas
Pengukuran Efektivitas. Efektivitas
merupakan ukuran berhasil atau tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya.
Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuanya, maka oragnisasi tersebut
dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting adalah bahwa
efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan
untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh melebihi dari yang telah
dianggarkan, bisa juga dua kali lebih besar dari apa yang telah dianggarkan.
Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Pengukuran Outcome
Pengukuran Outcome. Outcome adalah
dampak suatu program atau proyek terhadap masyarakat. Outcome lebih
tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil
tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur
kualitas outputdan dampak yang dihasilkan.
Pengukuran outcome memiliki
dua peran, yaitu:
a. Peran
retrospektif
Peran retrospektif, terkait dengan
penilaian kinerja masa lalu, analisis retrospektif memberikan bukti terhadap
realisasi yang baik (good management). Bukti tersebut dapat menjadi
dasar untuk menetapkan terget di masa yang akan datang dan mendorong untuk
menggunakan praktik yang terbaik. Atau dapat juga digunakan untuk membantu
pembuat keputusan dalam menentukan program atau proyek yang perlu dilaksanakan
dan metode terbaik mana yang perlu digunakan untuk melaksanakan program
tersebut.
b. Peran prospektif
Terkait dengan perencanaan kinerja
di masa yang akan datang. Sebagai peran prospektif, pengukuran outcome digunakan
untuk mengarahkan keputusan alokasi sumber daya publik. Analisis Retrospektif
memberikan bukti terhadap praktik yangbaik ( good management ).
Bukti tersebut dapat menjadi dasar untuk menetapkan target di masa yang akan
datang dan mendorong untuk menggunakan praktik yang terbaik. Atau dapat juga
bukti tersebut digunakan untuk membantu pembuat keputusan dalam menentukan
program mana yang perlu dilaksanakan dan metode mana yang perlu digunakan untuk
melaksanakan program tersebut.
Elemen-Elemen Pengukuran Kinerja
Value For Money
BAB
3
Selamat siang,
BalasHapusApakah Anda memerlukan pinjaman pribadi atau bisnis tanpa tekanan dan dengan persetujuan cepat ?, kami di Global Finance dapat memberi Anda pinjaman asli untuk memenuhi kebutuhan Anda.
Proses kami meliputi;
* MINAT BUNGA RENDAH !!
* PENJUALAN PINJAMAN CEPAT !!
* PENGOLAHAN BEBAS MUDAH DAN STRES.
* DIJAMIN HARI YANG SAMA TRANSFER !!
* 100% TEPERCAYA DAN GENUINE !!
Hubungi kami sekarang untuk informasi lebih lanjut tentang penawaran pinjaman dan kami akan mengakhiri masalah keuangan Anda
Hubungi kami melalui:
EMAIL: sarahharvey@myglobalfinancefund.com