Minggu, 20 November 2016

Ak. Perpajakan : Kewajiban Lancar dan Tidak Lancar

Akuntansi Perpajakan

KEWAJIBAN
 
Kewajiban  dikelompokkan  menjadi  dua  bagian,  yaitu  Kewajiban  Lancar  dan  Kewajiban  Tidak
Lancar.

Kewajiban Lancar
1.  Utang Bank
          Utang  bank  tidak  dibedakan  antara  utang  bank  maupun  utang  bank  jangka  panjang.  Pada  satu pihak, bank dapat  memberikan bunga atas tabungan  atau deposito yang ada,  tetapi  dipihak lain
bank akan memungut biaya bunga atas pinjaman yang telah diberikan kepada nasabah.

2.  Utang Usaha
a.  Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
             Utang  usaha  dalam  pihak  ini  merupakan saldo  dari  transaksi  yang  dilakukan  dengan  pihak dimana perusahaan mempunyai hubungan istimewa. Utang usaha ini timbul karena terjadinya
pembelian, atau pengalihan barang/jasa, sewa, penjaminan, dan penyelesaian oleh perusahaan
atas nama pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Metode untuk menentukan penilaian harga wajar menurut peraturan perpajakan:
-  Metode  harga  pasar  bebas  yang  diperbandingkan  (Comparable  Uncontrolled  Price
     Method-CUPM).
-  Metode harga penjualan kembali (Resale Price Method-RPM).
-  Metode biaya-plus (Cost Plus Method-CPM).

b.  Pihak Ketiga
          Utang  usaha  umumnya  muncul  karena  ada  pembelian  barang/jasa  yang  digunakan  dalam
kegiatan  usaha  normal  perusahaan.  Utang  usaha  dapat  dicatat  berdasarkan  metode  bruto
ataupun neto.
Contoh:
Pada  tanggal  31  Januari  2013  perusahaan  melakukan  pembelian  barang  dagang  sebesar
Rp10.000.000 dan utang tersebut dilunasi pada tanggal 28 Februari 2013. 
Jurnal Akuntansi:
31 Jan 2013  Pembelian  10.000.000
    Utang usaha    10.000.000
28 Feb 2013  Utang usaha  10.000.000
    Kas/Bank    10.000.000
Jurnal Akuntansi Pajak:
31 Jan 2013  Pembelian  10.000.000
  Pajak Masukan (PM)    1.000.000
    Utang usaha    11.000.000
28 Feb 2013  Utang usaha  11.000.000
    Kas/Bank    11.000.000

3.  Utang Pajak
          Utang  pajak  merupakan  pembayara  pajak  yang  dilakukan  dengan  mekanisme  pemotongan
dan/atau pemungutan pajak. Pemotongan pajak ini berkaitan dengan pihak yang membayarkan.

4.  Pajak Penghasilan 21
           Merupakan PPh yang dipotong atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang diterima/diperoleh WP orang pribadi dalam negri. Pemotongan PPh 21 adalah:
 (1) pemberi kerja,
 (2)  bendahara  atau  pemegang  kas  Pemerintah,
 (3)  dana  pensiun, 
(4)  orang  pribadi  yang melakukan  kegiatan  usaha  atau  pekerjaan  bebas  badan  yang  membayar,
 (5)  penyelenggaran kegiatan. 

Contoh:
          Pada bulan April 2011, Aldi (memiliki NPWP) diterima bekerja pada PT Alexa dan memperoleh gaji sebulan sebesar Rp12.500.000 dengan status menikah dan memiliki 2 orang. Premi asuransi kecelakaan  dan  premi  asuransi  kematian  sebesar  Rp100.000  dan  Rp50.000  per  bulan.  Uang pensiun Rp75.000 per bulan.
Rincian penghitungan gaji setiap bulannya:
Gaji/bulan                                12.500.000
Premi asuransi kecelakaan       100.000
Premi asuransi kematian         50.000    12.650.000

Dikurangi:
Biaya Jabatan (5%)                      300.000
Iuran pensiun             75.000       (375.000)
Penghasilan neto/bulan                12.275.000
Penghasilan neto/tahun                147.300.000

PTKP:
Wajib Pajak    15.840.000
Status Kawin      1.320.000
Tanggungan      2.640.000     (19.800.000)
Penghasilan Kena Pajak    127.500.000
PPh 21/tahun:   5% x 50.000.000  =   2.500.000
   15% x 77.500.000  = 11.625.000    14.125.000
PPh 21 per bulan           14.125.000/12  =   1.177.000
Uang yang dibawa pulang = 12.500.000-100.000-50.000-1.177.000  = 11.173.000

Jurnal Akuntansi:
30 April 2011  Beban gaji  12.500.000
                                Kas/Bank    12.500.000
Jurnal Akuntansi Pajak:
30 April 2011  Beban gaji  12.500.000
                         Premi asuransi       150.000
                                       Kas/Bank    11.173.000
                                       Utang PPh 21      1.177.000
                                      Biaya yang masih harus dibayar        300.000

5.  Pajak Penghasilan 23
              Utang PPh 23  merupakan PPh 23 yang telah dipotong oleh pihak yang membayarkan meskipun belum disetorkan ke Kas Negara pada akhir bulan pemotongan.
-  Dividen
Merupakan  bagian  laba  yang  diperoleh  pemegang  saham  atau  pemegang  pola  asuransi  atau
pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang diperoleh anggota koperasi.
Contoh:
Pada  bulan  April  PT  Karya  melakukan  pembayaran  dividen  tahun  2011  kepada  pemiliknya
yaitu: PT Abadi (40%), PT Jaya (35%), PT Asih (15%) dan sisanya kepada masyarakat umum
(orang pribadi). Jumlah seluruh dividen yang dibayar sebesar Rp250.000.000.

Jurnal Akuntansi:
April 2011  Dividen – PT Abadi  100.000.000
                    Dividen – PT Jaya    87.500.000  
                    Dividen – PT Asih    37.500.000
                    Dividen – Masyarakat    25.000.000
                                     Kas/Bank    250.000.000

Jurnal Akuntansi Pajak:
April 2011  Dividen – PT Abadi  100.000.000
                    Dividen – PT Jaya    87.500.000  
                    Dividen – PT Asih    37.500.000
                    Dividen – Masyarakat    25.000.000
                                        Utang PPh 23        5.625.000
                                        Utang PPh final        2.500.000
                                        Kas/Bank    241.875.000

-  Bunga
           Bunga yang bukan merupakan objek PPh adalah bunga yang diterima bank karena dimasukkan
sebagai penghasilan bank.

Contoh:
                Pada bulan Juni 2012 PT Aksara membayar bunga pinjaman kepada Bank BNI Rp50.000.000 dan kepada PT Jaya Asih (memiliki NPWP) sebesar Rp15.000.000.
Jurnal Akuntansi:
PT Aksara
Juni 2012  Biaya bunga  65.000.000
                             Kas/Bank    65.000.000

PT Jaya Asih
Juni 2012  Kas/Bank  15.000.000
                   Pendapatan bunga    15.000.000

Jurnal Akuntansi Pajak:
PT Aksara
Juni 2012  Biaya Bunga  65.000.000
                  Utang PPh 23      2.250.000
                                  Kas/Bank    62.750.000

PT Jaya Asih
    Juni 2012  Kas/Bank  12.750.000
    PPh 23 dibayar dimuka    2.250.000
                           Pendapatan bunga    15.000.000

-  Royalti/Imbalan atas Penggunaan Hak
               Adalah  suatu  jumlah  yang  dibayarkan/terutang  dengan  cara  atau  perhitungan  apapun,  baik dilakukan secara berkala maupun tidak.
Contoh:
        PT  Dilbi  sebagai  penerbit  yang  membayar  royalti  kepada  Amanda  (memiliki  NPWP)  salah
seorang pengarangnya sebesar Rp50.000.000 dan dipotong PPh 23 sebesar 15%.

Jurnal Akuntansi:
  Beban royalti  50.000.000
              Kas/Bank    50.000.000

Jurnal Akuntansi Pajak:
  Beban royalti  50.000.000
              Utang PPh 23      7.500.000
               Kas/Bank    42.500.000

 -  Hadiah, Penghargaan, Bonus dan Sejenisnya
              Hadiah  yang  termasuk  objek  pajak  adalah  hadiah  perlombaan,  penghargaan  dan  prestasi tertentu, hadiah sehubungan dengan pekerjaan atau pemberian jasa selain yang telah dipotong
PPh 21 ayat (e), kecuali hadiah yang diberikan kepada semua pembeli tanpa undian.    

-  Sewa
              Sewa kendaraan angkutan dan sewa lainnya dikenakan PPh 23 sebesar 2%. 
Contoh:
            PT Asmara menyewakan mobil kepada PT Asri untuk jangka waktu 3 bulan dengan biaya sewa per bulan Rp5.000.000 pada 1 Maret 2012.
Jurnal Akuntansi:
PT Asmara
1 Maret  Kas/Bank  5.000.000
              Pendapatan sewa    5.000.000

PT Asri
1 Maret  Sewa dibayar dimuka  5.000.000
                                          Kas/Bank    5.000.000
Jurnal Akuntansi Pajak:
PT Asmara
1 Maret  Kas/Bank  5.400.000
  PPh 23 dibayar dimuka     100.000
                          Pajak Keluaran       500.000
                          Pendapatan sewa    5.000.000
PT Asri
1 Maret  Sewa dibayar dimuka  5.000.000
               Pajak Masukan     500.000
                                  Utang PPh 23       100.000
                                  Kas/Bank    5.400.000

-  Imbalan Jasa
              Imbalan jasa yang  menjadi objek pajak adalah imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

6.  Pajak Penghasilan 26
            PPh 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima/diperoleh WP  luar  negeri selain BUT  di Indonesia.  Pada prinsipnya pemotongan pajak atas WP luar negeri adalah bersifat final, namun atas penghasilan WP orang pribadi atau badan
luar negeri yang berubah status menjadi WP luar negeri atau BUT, maka pemotongan pajaknya
tidak bersifat final.
Contoh:
             PT  Adira  membayar  premi  asuransi  kepada  Me  Ltd  yang  berada  di  Malaysia  dengan  nilai Rp20.000.000 pada tanggal 2 Januari 2012.
Jurnal Akuntansi:
2 Jan 2012  Asuransi dibayar dimuka  20.000.000 
                                                    Kas/Bank    20.000.000
Jurnal Akuntansi Pajak:
2 Jan 2012  Asuransi dibayar dimuka  20.000.000
                                                Utang PPh 26      2.000.000
                                                Kas/Bank    18.000.000

7.  PPN Keluaran (Pajak Keluaran)
                Adalah  PPN  terutang  yang  wajib  dipungut  oleh  PKP  yang  melakukan  penyerahan  BKP, penyerahan JKP, atau ekspor BKP. Tarif umunya adalah 10%.
Contoh:
          PT Vanno melakukan penyerahan BKP Rp10.000.000 secara tunai pada tanggal 27 Juni 2012 yang sebelumnya telah melakukan pembelian sebesar Rp8.000.000 pada tanggal 9 Juni 2012.
Jurnal Akuntansi:
9 Juni 2012  Pembelian    8.000.000
                            Kas/Bank      8.000.000
27 Juni 2012  Kas/Bank  10.000.000
                             Penjualan    10.000.000
Jurnal Akuntansi Pajak:
9 Juni 2012  Pembelian    8.000.000
                     Pajak Masukan       800.000
                                    Kas/Bank      8.800.000

27 Juni 2012  Kas/Bank  11.000.000
                                  Pajak Keluaran      1.000.000
                                  Penjualan    10.000.000


8.  Utang Dividen
              Pengumuman  pengambilan  laba  akan  menimbulkan  utang  dividen.  Terutangnya  dividen  akan menimbulkan  kewajiban  pemotongan  PPh  23  sebesar  15%  dari  jumlah  bruto  apabila  penerima dividen adalah WP dalam negeri dan BUT sebesar 20%.
Contoh:
22 Desember 2011 PT Ceci mengumumkan akan membatar dividen tunai sebesar Rp15.000.000
pada tanggal 6 Januari 2012 kepada PT Laz (25%), PT Lily (30%) dan PT Holan (20%).

Jurnal Akuntansi:
22 Des 2011  Dividen  15.000.000
                     Utang dividen    15.000.000

6 Jan 2012  Utang dividen  15.000.000
                                Kas/Bank    15.000.000



Jurnal Akuntansi Pajak:
22 Des 2011  Dividen   15.000.000
                           Utang dividen    15.000.000

  Utang dividen   2.250.000
                 Utang PPh 23      2.250.000

6 Jan 2012  Utang dividen  12.750.000
                               Kas/Bank    12.750.000

10 Jan 2012  Utang PPh 23    2.250.000
                                   Kas/Bank      2.250.000
   
9.  Utang Wesel
            Merupakan suatu surat utang yang disertai dengan dokumen perjanjian. Utang wesel uncul akibat utang usaha yang tidak dibayar pada jatuh tempo.
Contoh:
1 Juli 2007 PT Mutya meminjam uang dari bank dengan menyerahkan promes dengan nominal
Rp8.000.000, bunga diskonto 15% dan jangka waktu 12 bulan.
 Jurnal Akuntansi:
1 Juli 2007  Bank    8.000.000
                  Wesel bayar    8.000.000

 31 Des 2007  Biaya bunga     600.000
                               Utang bunga       600.000

Pelunasan  Wesel bayar  8.600.000
                                   Bank    8.000.000
                                   Utang bunga       600.000


Jurnal Akuntansi Pajak:
1 Juli 2007  Bank    8.000.000
                  Wesel bayar    8.000.000

31 Des 2007  Biaya Bunga     600.000
                                Diskonto wesel bayar       600.000

  Saldo laba     600.000
              Biaya bunga       600.000

Pelunasan  Wesel bayar  8.000.000
                                     Bank    8.000.000

10. Pendapatan Diterima Dimuka
          Merupakan  penghasilan  yang  diterima  dari  penjualan  barang  ataupun  penyerahan  jasa  yang diterima  sebelum  terjadinya  penyerahan  barang/jasa  maka  akan  dilaporkan  dalam  kelompok kewajiban.

Kewajiban Tidak Lancar
1.  Utang Obligasi
         Obligasi  merupakan  janji  tertulis  untuk  membayar  bunga  secara  periodik  dan  sejumlah  nilai nominal pada tanggal jatuh tempo. Pada obligasi dapat  terjadi adanya agio (premium)  dan  juga
disagio (discount).

Contoh:
PT Rhiz menjual obligasi nilai nominal Rp300.000.000 dengan bunga 20% per tahun kepada PT
Smith  seharga  Rp320.000.000.  PPh  atas  premium  obligasi  sebesar  Rp20.000.000  terutang  PPh
pasal 4 ayat (2) sebesar 15% x Rp20.000.000 = Rp3.000.000.
Jurnal Akuntansi:
Diterbitkan :  Kas/Bank  320.000.000
                              Utang obligasi    300.000.000
                              Premium obligasi      20.000.000
Pembayaran :  Biaya bunga obligasi    60.000.000
                                                Kas/Bank      60.000.000

Lunas :  Utang Obligasi  300.000.000
                              Kas/Bank    300.000.000

Jurnal Akuntansi Pajak:
Diterbitkan :  Kas/Bank  317.000.000
  PPh Pasal 4 ayat (2)      3.000.000
                           Utang obligasi    300.000.000
                            Premium obligasi      20.000.000

Pembayaran :  Biaya bunga obligasi    60.000.000
                                          Utang PPh 23        9.000.000
                                         Kas/Bank      51.000.000

Lunas :  Utang Obligasi  300.000.000
                            Kas/Bank    300.000.000

2.  Utang Hipotek
                Utang Hipotek pada umumnya hampir sama dengan obligasi, tetapi utang hipotek tidak memiliki agio maupun diskonto.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar